Metroterkini.com - Direktur Operasional PT Rakabu Sejahtera, Arief Budi Sulistyo mengatakan kegiatan pemadaman menggunakan belasan unit mobil pemadam kebakaran hingga Selasa malam masih dilakukan. Ada ratusan kayu yang dijadikan bahan baku pembuatan mebel ludes terbakar.
"Yang jelas pabrik yang terbakar itu, gedung satu ruang pengeringan kayu. Di dalam pabrik itu, terdapat sekitar 800 hingga 1.000 meter kubik (m3) kayu yang ludes ikut terbakar," papar Arief yang juga salah satu adik ipar Jokowi ini, dilansir merdeka, Rabu (20/4).
Menurut Arief pabrik itu memang sudah bukan milik Jokowi, dan dia sudah melepas perusahaan itu, sejak menjabat sebagai Wali Kota Surakarta.
Namun, kata Arief pabrik itu memang hasil jerih payah Jokowi saat dia masih menjadi pengusaha.
Menurut dia, pabrik mebel PT Rakabu Sejahtera dikelola dengan cara profesional sehingga berkembang. Dia menjelaskan bangunan pabrik terdapat mesin kilen dry untuk pengeringan kayu. Karena ada sesuatu hal pada mesin itu, justru membakar gudang seisinya.
Namun, sambung Arief, masih ada sebagian barang-barangnya yang masih bisa diselamatkan dari kobaran api.
Sementara api yang membakar pabrik mebel PT Rakabu hingga Selasa malam sudah mulai padam, dan sejumlah mobil pemadam kebakaran masih dioperasikan untuk pemadaman sisa-sisa bara api.
Peristiwa kebakaran pabrik mebel PT Rakabu Sejahtera milik keluarga Jokowi, di Jalan Solo-Purwodadi KM 15 Desa Sambirembe, Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jateng, Selasa, terjadi sejak sekitar pukul 16.30 WIB.
Menurut Kasat Binmas Polres Sragen AKP Hartono api diduga berasal dari mesin open pengering kayu yang tiba-tiba terbakar saat karyawan sedang bekerja.
Sejumlah karyawan pabrik sempat melakukan pemadaman sebelum belasan mobil pemadam kebakaran ditambah mobil water canon milik Polres Kota Surakarta dikerahkan ke lokasi kebakaran.
Untuk jumlah kerugian kebakaran pabrik mebel PT Rakabu Sejahtera milik keluarga Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Jalan Solo-Purwodadi KM 15 Desa Sambirembe, Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Selasa (19/4), belum bisa ditaksir.[mdk]