Perundingan Damai Suriah di Jenewa Pesimistis

Perundingan Damai Suriah di Jenewa Pesimistis

Metroterkini.com - Perundingan damai Suriah dimulai kembali di Jenewa, Swiss, Senin (14/3) dengan agenda menghentikan kekerasan yang telah berlangsung selama lima tahun. Mediator PBB dalam perundingan itu, Staffan de Mistura, menegaskan tidak ada jalan selain damai untuk konflik Suriah.

Diberitakan Cnn, Mistura mengatakan bahwa tidak ada "rencana B" untuk konflik Suriah. Perundingan akan berlansung seputar transisi politik dan membentuk peta jalan untuk masa depan Suriah.

Jika tujuan itu tidak tercapai, kata dia, maka Suriah akan terus berperang. Konflik berdarah di negara itu telah memakan 250 ribu korban jiwa dan membuat 2 juta warganya mengungsi ke negara lain. Dari konflik ini juga muncul kelompok militan ISIS yang akan semakin tumbuh subur jika Suriah tidak juga stabil.

Mistura memperingatkan, jika memang tidak ada jalan keluar setelah menjalani tiga putaran diskusi pekan ini, maka dia akan menyerahkan permasalahan ini ke negara-negara besar dunia, seperti Amerika Serikat dan Rusia.

"Jika selama perundingan ini dan putaran berikutnya kita tidak melihat adanya keinginan bernegosiasi, kami akan menyerahkan masalah ini kembali kepada mereka yang memiliki pengaruh, dan itu adalah Federasi Rusia, Amerika Serikat dan Dewan Keamanan," kata Mistura.

Perundingan ini diikuti oleh pemerintah Suriah dan perwakilan kelompok pemberontak. Belum juga perundingan mulai, sikap pesimistis tergambarkan di antara para peserta dialog.

Salah satunya adalah soal nasib Presiden Bashar al-Assad yang menjadi inti dari konflik di Suriah. Pemerintah Suriah ingin agar Assad tetap memimpin, sementara pemberontak menghendaki dia lengser.

Sebelumnya Sabtu lalu, Menteri Luar Negeri Walid al-Muallem, memperingatkan bahwa kelompok oposisi telah berkhayal jika bisa memperoleh kekuasaan dari meja perundingan. Muallem menampik semua opsi perpindahan kekuasaan Assad.

Sementara oposisi yang merasa hanya memiliki setitik harapan perundingan Jenewa akan berujung pada mundurnya Assad, mengatakan pemerintah Suriah telah bersiap untuk perang yang lebih lama.

Kelompok pemberontak menegaskan, walau kekuatan mereka berkurang akibat serangan jet Rusia yang membantu Assad, tapi mereka tetap akan melawan. Mereka berharap negara penyokong, seperti Arab Saudi, akan mengiriman senjata yang lebih kuat, seperti rudal anti-jet tempur, jika perundingan tidak berakhirmulus.

"Saya berharap jika dalam perundingan kali ini rezim masih keras kepala dan tidak menawarkan sesuatu yang konkret, maka ini akan jadi akhir dari perundingan dan kita akan kembali ke solusi militer," kata Bashar al-Zoubi, tokoh pemberontak Suriah. [**cnn]

Berita Lainnya

Index