Pimpinan Koalisi Saudi Bantah Serangan Kedubes Iran di Yaman

Pimpinan Koalisi Saudi Bantah Serangan Kedubes Iran di Yaman

Metroterkini.com - Koalisi serangan udara internasional yang dipimpin oleh Arab Saudi membantah tuduhan Iran soal serangan dari jet tempur mereka ke kantor kedutaan besar Iran di ibu kota Sanaa, Yaman. Bantahan serupa juga diluncurkan oleh kementerian luar negeri Yaman.

Seperti dilansir Cnn, Tuduhan tersebut dilontarkan Iran pada Kamis (7/1) dengan mengatakan bahwa sejumlah pesawat tempur menyerang kedutaan besarnya di Yaman pada Rabu (6/1) malam. Tuduhan ini memperburuk ketegangan hubungan antara Iran dan Saudi yang memburuk sejak eksekusi ulama Syiah pekan lalu.

"Komando koalisi menegaskan bahwa tuduhan (Iran) ini palsu dan kosong, [kami] menekankan bahwa tidak ada operasi apapun di sekitar kedutaan atau di dekatnya," bunyi pernyataan dari kantor berita Saudi, SPA, Kamis (7/1) malam. "Perintah koalisi mendesak agar semua misi diplomatik di Sana'a tidak harus memberikan kesempatan bagi milisi untuk menggunakan bangunan misi diplomatik 'dalam setiap aksi militer."

Warga dan saksi mata di Sanaa juga menyatakan kepada Reuters bahwa tidak terlihat kerusakan apapun pada bangunan kedutaan besar Iran.

Kementerian Luar Negeri Yaman juga membantah gedung kedutaan Iran ditargetkan dalam serangan ini, menurut kantor berita milik pemerintah yang bersekutu dengan Saudi, Sabanew.net.

Pejabat dari sumber kementerian luar negeri yang dikutip di sabanew.net menyatakan bahwa kelompok pemberontak Houthi, yang kini menguasai Sanaa, dan para sekutunya bertanggung jawab untuk melindungi misi diplomatik di kota tersebut. Houthi bersekutu dengan sejumlah pasukan yang setia kepada mantan presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh.

Tuduhan serangan udara ke kantor kedutaan besar Iran di Yaman dikemukakan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Hossein Jaber Ansari, kepada stasiun televisi pemerintah Iran, IRIB. Arab Saudi bertanggung jawab atas kerusakan di gedung kedutaan besar dan cederanya beberapa staf," ujar Ansari.

Renggangnya hubungan kedua negara kuat di Timur Tengah ini memuncak usai eksekusi ulama Syiah, Nimr al-Nimr oleh Saudi akhir pekan lalu. Saudi menilai Nimr merupakan tokoh penggerak kelompok teror, sementara Iran menganggap Nimr sebagai ulama yang vokal menyuarakan penyetaraan hak antara warga Syiah dalam mayoritas Sunni di Saudi.

Sementara di Yaman, Riyadh dan Teheran berselisih soal resolusi perang saudara yang telah berlangsung bertahun-tahun. Saudi memempin koalisi serangan udara untuk menggempur markas Houhi di Yaman sejak Maret lalu. Pasalnya, Houthi menguasai Sanaa dan memaksa presiden Abd Mansour Hadi mengamankan diri ke Riyadh. Hadi kembali ke kota Aden Yaman sejak September lalu.

Dalam konflik di Yaman, Saudi menuduh Iran mendukung Houthi untuk memperluas pengaruh mereka di kawasan. Sementara, Houthi menyangkal tuduhan ini dan mengklaim mereka berjuang melawan pemerintahan yang korup dan condong ke Barat. [cnn]

Berita Lainnya

Index