Metroterkini.com- Masyarakat Afrika seharusnya melaksanakan pemilihan penting dua hari lagi. Namun pemilihan yang dijadwalkan dilakukan di Republik Afrika Tengah itu harus diundur sampai tiga hari dari seharusnya. Pemilihan seharusnya dilakukan Minggu (27/12).
Namun Perdana Menteri Mahamat Kamoun mengatakan pada Kamis (24/12) dilansir cnn, pemilihan ditunda dan baru dilaksanakan 30 Desember.
Diberitakan Reuters, penundaan itu diperlukan karena surat pemungutan suara datang terlambat dan para pekerja yang menangani pemilihan itu masih harus menerima pelatihan tambahan.
"Kita harus melakukannya dengan materi yang layak agar menghindari kesalahan. Penundaan itu penting jika kita ingin hasil yang bagus," kata Kamoun menjelaskan kepada Reuters.
Ini bukan kali pertama pemilihan umum di republik yang kini diatur oleh pemerintahan transisi ke-dua sejak Presiden Francois Bozize digulingkan Maret 2013 lalu itu, ditunda.
Pemilihan di bekas koloni Perancis menghadapi penundaan berulang. Republik Afrika Tengah saat ini diatur oleh pemerintahan transisi, pemerintah sementara kedua sejak Presiden Francois Bozize digulingkan Maret 2013.
Pemilihan kali itu diperlukan untuk mengembalikan aturan demokratis setelah kebanyakan pemberontak Muslim mengambil alih kekuatan itu di Afrika pada 2013. Padahal, Afrika termasuk negara bekas koloni Perancis, dengan mayoritas penduduk beragama Kristen.
Tekanan dari pemberontak Muslim memaksa militan Kristen membalas dendam. Itu akhirnya menciptakan siklus konflik antaragama yang tak jarang mengakibatkan pembunuhan tak berdosa.
Sekitar satu dari lima penduduk Afrika Tengah mengalami kekerasan. Padahal Afrika sejatinya merupakan negara yang kaya akan berlian, uranium, dan emas. Namun setengah penduduknya memilih meninggalkan negara karena konflik. [cnn]