Blogger Saudi yang Dianggap Hina Islam Dapat Penghargaan HAM

Blogger Saudi yang Dianggap Hina Islam Dapat Penghargaan HAM

Metroterkini.com - Seorang penulis blog asal Arab Saudi, Raif Badawi, yang diganjar hukuman 1.000 kali cambuk dan 10 tahun penjara karena dianggap menghina Islam, mendapatkan penghargaan hak asasi manusia tertinggi dari Uni Eropa, Sakharov, dilansir CNN pada Kamis (29/10).

Dalam pengumuman penganugerahan, Kepala Parlemen Uni Eropa, Martin Schulz, mengatakan bahwa blogger pro-demokrasi tersebut menghadapi penyiksaan brutal. Ia mendesak Raja Salman untuk segera membebaskan Badawi.

"Pria ini dijatuhi hukuman paling jahat yang hanya dapat dideskripsikan sebagai penyiksaan brutal. Saya mendesak Raja Saudi untuk membebaskan dia secepatnya," katanya.

Kakek Asal Inggris Segera Bebas dari Hukuman Cambuk
Menurut Schulz, sebanyak 28 anggota Uni Eropa berharap Saudi, sebagai rekan mereka, dapat menaikkan standar hak asasi manusia. 

"Hubungan (antara Uni Eropa dan Arab Saudi) ini sangat bergantung kepada bagaimana HAM dihargai oleh rekan kami. Mereka (korban kasus HAM di Saudi) tidak hanya tidak dihargai, tapi juga diinjak-injak," ucap Schulz.

Kasus Badawi langsung menjadi sorotan internasional setelah pengadilan Saudi memutuskan untuk mengeksekusi hukuman. Namun, proses cambuk dihentikan setelah 50 kali.

Aparat Saudi akhirnya menunda proses hukum tersebut. Namun istri Badawi, Ensaf Haidar, yang hijrah ke Kanada bersama buah hati mereka mengatakan bahwa hukum cambuk tersebut akan segera dilanjutkan.

"Aparat Saudi sudah memberikan lampu hijau untuk melanjutkan hukum cambuk Badawi," ujar Haidar pada awal pekan ini.

Badawi, yang berjuang untuk menyuarakan pandangannya, dianggap layak mendapatkan penghargaan HAM bergengsi sekelas Sakharov. Dalam daftar nominasi penghargaan tahun ini, terdapat nama pemimpin oposisi Rusia yang ditembak mati, Boris Nemtsov, dan kelompok oposisi Venezuela.

Penghargaan ini dianugerahkan setiap tahunnya untuk menghormati pihak-pihak yang berani memerangi intoleransi, fanatisme, dan tekanan. Tahun lalu, Parlemen Uni Eropa memberikan penghargaan ini kepada dokter asal Kongo, Denis Mukwege, atas upayanya menolong korban perkosaan berkelompok oleh tentara.

Sebelumnya, penghargaan ini juga sudah jatuh ke tangan pemerhati pendidikan Pakistan Malala Yousafzai, tokoh HAM Afrika Selatan Nelson Mandela, dan aktivis Myanmar Aung San Suu Kyi.

Berita Lainnya

Index