Peserta Reuni Keluarga Korut-Korsel Dilarang Bahas Politik

Peserta Reuni Keluarga Korut-Korsel Dilarang Bahas Politik

Metroterkini.com - Ketika Ahn Yoon-joon, 86, bertemu dengan dua adik perempuan yang sudah tak pernah ia lihat dalam 60 tahun pekan besok, sepertinya tak banyak yang akan mereka bicarakan.

Sebuah buku panduan yang didistribusikan kepada para orang tua Korea Selatan yang terpilih secara acak untuk bertemu dengan keluarga mereka di Korea Utara mencantumkan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Mereka terpisah saat Perang Korea meletus pada 1950-1953.

“Anda tak bisa menanyakan apapun yang Anda mau. Ini bukan reuni, ini hanya pertemuan yang diatur,” kata Ahn, frustrasi. Ia tak menang undian pada reuni sebelumnya di Februari 2014, namun mengatakan banyaknya aturan membuat antusiasmenya sedikit memudar.

Buku panduan yang dibuat oleh Palang Merah, yang menyelenggarakan reuni itu, meminta partisipan dari Korea Selatan untuk tidak meminta jawaban soal kepemimpinan di Korea Utara atau standar kehidupan mereka.

“Jika anggota keluara Anda dari Korea Utara menyanyikan lagu propaganda atau membuat pernyataan politik, tolong hentikan mereka dan cobalah untuk mengganti topik pembicaraan,” bunyi salah satu anjuran di buku panduan itu.

Ahn ingin menanyakan bagaimana ayahnya meninggal, bamun menyadari itu bisa jadi merupakan hal sensitif bagi adiknya, karena ayah mereka adalah seorang tuan tanah kaya di Korea Utara yang berubah menjadi sosialis.

"Yang bisa saya lakukan adalah mencatat tanggal kapan orangtua saya meninggal. Tak ada yang lain," kata Ahn dilansir CNN.

Ketika Perang Korea pecah, Ahn, yang saat itu menjadi guru sekolah dasar, melarikan diri dari kampung halamannya, karena takut pasukan komunis Korea Utara akan mengerahkan atau membunuhnya.

Kedua Korea—yang saat ini secara teknis masih dalam keadaan berperang karena Perang Korea diakhiri dengan gencatan senjata bukan perjanjian damai—sepakat untuk melangsungkan reuni keluarga setelah negosiasi usai cekcok di perbatasan pada Agustus lalu. 

Di bawah resolusi Dewan Keamanan PBB yang diberlakukan setelah uji coba rudal dan nuklir Korea Utara, hadiah yang diperbolehkan maksimal senilai 100.000 won Korea Selatan (Rp1,1 juta).

Ahn awalnya ingin memberikan kalung emas untuk dua saudara perempuannya, namun karena perhiasan dilarang, ia hanya akan membawakan obat-obatan dan pasta gigi.

Reuni ke-20 yang akan dilangsungkan 20-16 Oktober mendatang di Gunung Kumgang, Korea Utara, ini akan meibatkan 90 warga Korea Selatan dan 96 warga Korea Utara. Pertemuan akan dilaksanakan di sebuah aula besar sebuah resor di bawah pengawasan para pejabat.

Sebanyak 66 ribu orang mendaftar untuk ikut serta dalam reuni ini, namun yang terpilih kurang dari 100. Angka ini akan terus berkurang karena hampir semuanya sudah berusia senja.

Kim Woo-jong, 87, yang berjuang untuk Korea Selatan setelah melarikan diri dari Korea Utara pada 1951, meninggalkan ibu dan saudara perempuannya. Pada reuni mendatang, ia mengatakan ia akan bertemu dengan adik perempuan yang ia sebut sebagai “bunga keluarga.”

"Sejarah saya terlihat buruk untuk warga Korea Utara," kata Kim, yang sebagian lumpuh karena stroke lebih dari 30 tahun yang lalu. "Tapi adik saya mengambil risiko untuk bertemu dengan saya sebelum kami meninggal.”[cnn]

Berita Lainnya

Index