Metroterkini.com - Seorang pelajar SDN 171 Kulim, Pekanbaru menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit setelah dirawat lima hari di ICU RSUD akibat ISPA yang disebabkan kabut asap.
Korban kabut asap, Muhanum Anggriawati (12) sudah sepekan dirawat di RSUD Arifin Achmad sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
Plt Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman, Kepala Dinas Kesehatan Riau Andra Sjafril, Kepala Dinas Perhubungan Riau Rahmad Rahim dan Karo Humas Setdaprov Riau, Darusman pada Jumat (11/9) menyambangi rumah duka di Jalan Kapausari, Harapanraya, Pekanbaru.
"Kami menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya Hanum, mudah-mudahan keluarga yang ditinggalkan sabar menerima segala cobaan dari Allah SWT ini," tuturnya.
Sesuai komitmen Plt Gubernur Riau yang disampaikan pada saat orasi ratusan massa pada Rabu (9/9) lalu menyebutkan akan meringankan korban ISPA atas kabut asap ini juga diberikan kepada keluarga korban Hanum itu.
"Kita akan berikan keringanan biaya perawatan selama almarhum di rawat di RSUD, tentunya tetap melalui prosesur administrasi yang ada. Dihadapan Kadiskes Riau saya meminta untuk meringankan biayanya nanti," tutur Plt Gubri.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Riau, Andra Sjafril mengaku akan menjalankan perintah pimpinan untuk meringankan biaya rumah sakit almarhum Muhanum Anggriawati itu.
"Dari informasi yang saya terima, anak itu bukan karena asap tapi karena penyakit maningitis, umurnya 12 tahun dengan berat 17 kilogram. Kapan saja korban bisa terjatuh. Bagaimanapun, tetap akan kita proses nanti," tuturnya.
Ayah Muhanum, Mukhlis yang seorang wartawan di Pekanbaru mengatakan, putri sulungnya mengalami gagal pernafasan akibat paru-parunya disesaki lendir atau dahak. "Sebelumnya anak saya tidak pernah mengeluh," kata dia.
Namun pada Jumat pekan lalu anaknya pingsan dan kemudian dirawat sepekan di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Ahmad, di Jalan Diponegoro, Pekanbaru. Anak kelahiran 5 Agustus 2003 ini tercatat sebagai murid kelas 6 Sekolah Dasar (SD) Negeri 171 Kulim Kecamatan Tenayan Raya.
"Saat masuk ke ruang, kami sudah mencemaskan anak kami akan dijemput oleh Allah. Tapi setelah keluar ruangan, kami lebih ditakutkan lagi dengan biaya tagihan rumah sakit yang besar," jelas orang tuanya.
Untuk pembelian obat anti biotik dan obat lainnya sesuai resep dokter, butuh Rp 5 juta untuk sehari semalam. Selama sepekan terakhir, menurut Mukhlis, total biaya perawatan anaknya sudah lebih dari Rp 28 juta. [**rtc]