Metroterkini.com - Sampai saat ini tidak ada data resmi korban kabut asap di Sumatera, khususnya di Riau. Dampak kabut asap yang sudah membahayakan kesehatan itu secara tidak langsung menyebab sakit, mulai flu, sakit kepala, sakit mata bahkan badan pegal-pegal. Korban kabut asap lebih bertahan berobat ala kadarnya daripada ke rumah sakit, kecuali yang berdampak secara fatal.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga mempertanyakan fungsi alat pengukur Indeks Standart Pencemar Udara (ISPU) yang terpasang di beberapa tempat seperti di Pekanbaru dan daerah lainya. Sebab, menurut dokter Zul Asdi, SpB, Mkes, Ketua IDI Cabang Pekanbaru, tanda bahaya pencemaran udara di alat ISPU tidak langsung diikuti dengan tindakan signifikan penyelamatan terhadap warga.
"Kalau alat itu memunjukkan warna hijau itu apa yang seharusnya dilakukan, kuning apa, apalagi sudah merah mestinya ada langkah konkrit, tapi ini sama saja tidak," ujarnya kepada wartawan saat jumpa pers, Jumat (4/9) kemarin, di RS Awal Bross.
Tanda ISPU selama ini dianggap sebagai tanda dan untuk dilihat saja, sebab sejauh ini masyarakat terus melakukan aktivitas tanpa tindakan konkrit untuk melindungi tubuh dari ancaman bahaya asap akibat Karhutla.
Untuk itu, dia menghimbau agar pemerintah segera menetapkan keadaan darurat asap. Sebab menurutnya, pencemaran udara di Riau sudah sangat membahayakan.
"Jangan menunggu banyak jatuh korban, dan perlu dipikir ke depannya," tuturnya.
Pengaruh pencemaran asap itu tidak dapat dirasakan saat ini saja, tapi dalam jangka waktu panjang. Sementara, dokter Mardiansyah Kusuma, Sp Ok, menyebutkan kondisi dari tahun ke tahun dalam jangka panjang akan menimbulkan penyakit kanker. Jadi, sebaiknya pemerintah segera ambil langkah tanggap darurat untuk menyelamatkan warga.
"Ini sama saja meng-kanker-kan masal rakyat Riau," tandas dokter Mardiansyah, Sekretaris IDI Pekanbaru. [**sn]