Metroterkini.com - Agar pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis atau penyakit kaki gajah di Kabupaten Bengkalis berjalan lancar, seluruh stakeholder diminta gencar lakukan sosialisasi kepada masyarakat.
Demikian diungkapkan Bupati Bengkalis melalui Plt Asisten III Setda Bengkalis, Hermanto, saat membuka rapat koordinasi pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis tahun ke-4, di lantai II Kantor Bupati Bengkalis, Selasa (4/8/15).
Rakor tersebut turut dihadiri perwakilan SKAP PMI Riau Research Triangle Institute Usaid, narasumber Sri Suryaningsih dan Nina Meilina dari DKPAP PMI RTI Usaid dan Tyas dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Kepala UPTD Puskesmas dan utusan dari kecamatan.
Sesuai agenda, pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis atau penyakit kaki gajah tahun ke-4 akan dilaksanakan pada pekan pertama bulan Oktober 2015 depan.
Dikatakan Hermanto, rapat koordinasi ini sebagai ajang bertukar pikiran dan evaluasi kegiatan POMP filariasis yang dilaksanakan selama ini.
Dari pertemuan ini akan diperoleh rumusan atau rekomendasi terhadap hambatan dan kendala yang dihadapi selama ini.Seperti diketahui bersama jumlah cakupan penduduk yang minum obat pada program POMP filariasis di Kabupaten Bengkalis sejak dicanangkan pada bulan Februari 2013, lebih dari 65 persen.
Angka ini tentu sangat memuaskan, karena sudah melebihi angka cakupan dari ditentukanKementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Badan Kesehatan Dunia WHO, yang menetapkan angka di atas 65 persen dari total penduduk.
Lebih lanjut mantan Kepala Dinas Kesehatan ini menegaskan, secara rinci cakupan pada tahun pertama 80,1 persen, tahun kedua sebanyak 78 persen dan tahun ketiga 74 persen dari total jumlah penduduk Kabupaten Bengkalis.
Namun jika dilihat dari perkembangan angka persentarse cakupan setiap tahunnya, mengalami penurunan.
Hal ini menjadi bahan pertanyaan besar, sekaligus bahan evaluasi bagi kita semua, khususnya dinas kesehatan, pihak Puskesmas, camat maupun kepala desa/lurah.
Terjadinya penurunan cakupan penduduk minum obat filariasis, disebabkan berbagai faktor seperti menurunya tingkat kesadaran masyarakat untuk mencegah dan mengantisipasi penyakit kaki gajah ini dan munculnya anggapan dari masyarakat bahwa minum obat filasriasis akan menimbulkan penyakit lain.
"Terkait terjadinya anggapan keliru ini, saya minta kepada seluruh stakeholder untuk lebih giat melakukan sosialisasi kepada masyarakat, baik itu melalui media masa, radio, televisi maupun media sosial," ujarnya.
“Mengingat, pemberian obat massal pencegahan filarisasis tahun ke-4 dilaksanakan pada minggu pertama bulan Oktober 2015 ini. Saya berharap semua sasaran di Kabupaten Bengkalis minum obat, sehingga program ini berhasil dengan baik agar tidak ada lagi masyarakat kita yang terjangkiti penyakit ini,” tambah Hermanto.
Pada kesempatan itu, Hermanto minta stakholder terus meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak, seperti dengan pihak swasta, tokoh masyarakat, tokoh agama, guru, PKK, kader dan organisasi kemasyarakatan lainnya.
“Rangkul seluruh elemen masyarakat dan pemerintahan, untuk gencar melakukan penyuluhan langsung, sosialisasi di tempat-tempat umum, institusi pendidikan, rumah ibadah, tempat kerja, Posyandu, media cetak dan lain-lainnya, agar seluruh sasaran mendapatkan obat tanpa ada yang terlewati,” ungkap Hermanto. [rdi]