Pengakuan Korban Mas Bechi: Diperkosa dan Diancam

Sabtu, 09 Juli 2022 | 21:24:25 WIB

Metroterkini.com - Peringatan (trigger warning): Artikel ini mengandung konten eksplisit pemerkosaan yang dapat memicu kondisi emosi dan mental pembaca. Kami menyarankan Anda tidak meneruskan membacanya jika mengalami kecemasan dan mempertimbangkan untuk meminta bantuan profesional.

Tersangka pemerkosaan santriwati di Ponpes Siddiqiyah Jombang, Moch Suchi Azal Tsani (MSAT) alias Mas Bechi (42) telah dijeblokskan ke penjara. Korban pun mengungkap pelakuan Mas Bechi kepada mereka.

Ada dua korban yang mengungkap perlakuan bejar Mas Bechi. Mereka menceritakan pengalaman mereka kepada CNN Indonesia TV pada 2020. Berikut kesaksian lengkap kedua korban:

Pengakuan Korban 1:

Tadinya saya itu sudah dibuka paksa, semuanya disuruh buka. Aku bilang nggak mau, dia bilang sudah-sudah, tahu itu saya sampai nangis awalnya. Terus habis itu saya minta putus, nggak bisa sudah lama-lama ya sudah saya mau nggak mau di situ terus akhirnya kalau misalnya saya nolak ya udah mengancam, mulai ada obrolan mengancam.

Kalau masalah itu nggak boleh, dia suka bawa-bawa keluarga terus, katanya seolah-olah kayak dia itu punya ilmu. Sampai tangan dia itu menggenggam dan bilang 'Jenenge wong tuamu iku tak cekel iki iso tak apa ya', saya lupa kata-katanya, intinya itu kayak kalau dia meremas itu hancur gitu.

Disuruh tidur di hotel aja. Tidur di hotel terus kan perjanjiannya saya harus menuruti. Apa yang jadi kemauan dia, karena saya harus tanggung jawa ke dia kayak gitu, ya sudah.

Ternyata waktu saya tidur di hotel dia itu ngajak. 'lo Mas aku emoh,' terus dia bilang 'awakmu maeng ngomong opo?' langsung dia ngomong itu di depan saya.

Dia bilang 'Koen yo, ayo pengen tak anu maneh tak ajar maneh,' gitu. Ya sudah saya mau nggak mau ya sudah saya gitu main bertiga. Di situ sudah mulai nangis, saya nangis, kok ngene.

Saya diseret ke dalam langsung saya ditendang dipukulin lagi, sampai saya itu kan di Cokro banyak jendela-jendela gitu saya hampir mau jatuh ke bawah, tapi ditahan sama dia. Saya dua kali hampir jatuh dari jendela itu. Terus habis itu saya disuruh buka baju.

'Bakaen. Lho emoh mas.' Langsung dia bawa tempat sampah sudah di tangan sudah di atas ini. Langsung dilempar itu tempat sampah.

Saya tidak terima dengan perbuatan asusila yang sudah diperbuat Mas Bechi kepada saya dan teman-teman saya, dan saya ingin Mas Bechi dihukum seberat-beratnya sesuai dengan hukuman negara Indonesia.

Pengakuan Korban 2:
Karena sudah sekian lama ternyata masih berkepanjangan masalah ini. Kejadian terus terulang. Saya merasa miris sekolah yang selama ini diidam-idamkan, niat mencari ilmu dari jauh datang. Ternyata sana diperlakukan seperti itu. Dan kejadian ini terus berulang.

Saya ada rasa tidak terima ya Allah beri jalan ya Allah.

Terus tahun 2018 ada yang melapor, saya juga sudah diperiksa. Saya bersedia menjadi saksi. Sudah diperiksa, sudah berjalan. Ternyata gagal. Tidak berhasil.

Saya tidak putus doa. Kemudian ada yang menguatkan saya. Kalau ini harus ditindaklanjuti, tidak ada yang berani melangkah. Tidak akan berhenti masalah ini. Akhirnya saya menguatkan, ya Allah tolong hamba.

Saya memutuskan untuk mengambil jalur hukum ini, kalau tidak seperti ini tidak akan selesai. Saya beranikan diri. Saya yakin Allah pasti menolong.

Di kegiatan itu memakai ilmu metafakta, mereka mengistilahkannya. Metafakta itu katanya tidak bisa dijelaskan menggunakan akal. Jadi saya harus melepas pakaian. Dan melepas pakaian itu kan tidak bisa di logika, di luar nalar. Saya tidak mau, saya tetap jawab saya tidak mau.

Tapi dia memaksa. Masih menggunakan alasan yang sama, 'kalau kamu tidak mau, berarti kamu masih menggunakan akal. Kamu belum menjiwai itu metafakta'. Dia mengatakan mau menetralkan saya, caranya dengan melepas seluruh pakaian saya. Saya tetap jawab, saya tidak mau.

Saya tidak paham apa yang dimaksud. Saya tidak paham juga maksudnya metafakta itu bagaimana. Intinya saya tidak bisa dengan akal, saya harus menjiwai itu. Sampai dia menunggu lama sekali, lama dia menunggu saya tetap tidak berkenan.

Dia menyuruh saya lagi, dengan alasan yang sama. Di situ saya merasa tertekan, saya merasa ngawang. Saya merasa ngawang. Hidup nggak hidup, mati nggak mati.

Saya benar-benar ngawang. Ibaratnya itu itik kehilangan induk. Saya nggak tahu harus bagaimana saya nggak bisa ngapa-ngapain di situ nggak ada orang sama sekali. Ngawang rasanya. Yang saya rasakan ngawang, benar-benar melayang.

Saya berdoa sama Allah, ya Allah saya minta balasan di dalam hati saya bilang alam semesta menyaksikan. Dalam hati saya bilang bahwa alam semesta menyaksikan. Meskipun tidak ada orang di situ, alam semesta menyaksikan.

Saya yakin alam akan membalas. Seperti itu doa saya.

Terus mereka bilang kalau saya itu penyebar fitnah. Mengatakan bahwa apa yang saya tulis itu fitnah. Saya sampaikan, saya tidak menulis fitnah. Itu asli nyata terjadi kepada saya.

Mereka tetap memaksa, tetap mengatakan, menyatakan bahwa saya penyebar fitnah. Saya sampaikan, fitnah dari mana?

Kalau memang itu fitnah, fitnah dari mana? Itu real kejadian yang saya alami. Di situ saya juga nangis.

Saya juga bilang ke mereka, ke bapak-bapak itu, saya sampaikan ke mereka. Bagaimana kalau kamu mempunyai anak perempuan, kamu mempunyai anak dan kamu mengalami hal yang sama seperti orang tua saya. Anak kamu diperlakukan seperti itu, bagaimana perasaan kamu sebagai orang tua.

Apa yang kamu lakukan, apa kamu menyuruh anakmu menulis surat pernyataan bahwa dia itu salah. Kenyataannya dia yang teraniaya.

Bagaimana perasaanmu, saya sampaikan ke mereka. Mereka tidak bisa menjawab. Tetap memaksa saya, tetap menyuruh saya menuli surat bahwa saya bersalah. Saya tidak bersalah. Saya tidak mau menulis. Saya jawab seperti itu.

Saya yakin, saya yakin, saya yakin saya masih percaya ada hati yang masih murni. Saya masih percaya di negara ini masih ada jiwa-jiwa yang suci yang melihat dengan kebenaran. Saya yakin masih ada.

Demi kebenaran, demi keadilan, demi kemanusiaan. Saya tidak takut. Saya tidak akan takut, saya tidak gentar, saya akan terus maju. Saya yakin Allah menolong saya.

Bantahan Mas Bechi

Mas Bechi sudah membantah semua tuduhan. Dia menilai tak layak menerima tuduhan sebagai pelaku pencabulan.

"Apalagi saya dituduh nggak-nggak, sampai nggak pantas itu, kemudian dari surat panggilan itu mereka sebar ke media-media. Padahal mereka nggak pernah ketemu saya kok, kok lucu," imbuhnya.

Mas Bechi juga sempat menyinggung dirinya bukanlah buron polisi. Mas Bechi mengaku masih beraktivitas seperti biasa di kediamannya dan tidak merasa takut karena tak bersalah.

Dia juga menyebut tak melakukan tindakan kriminal. Mas Bechi mengaku kaget tiba-tiba diperkarakan.

"Orangnya (saya) itu lo nggak buron, orangnya itu masih ada di rumah, di rumahnya itu ada. Ndak masuk akal. Saya ingatkan kepada kepolisian, dari pusat ke daerah, terutama khususnya itu Polres Jombang, saya tidak akan pernah mundur, tidak akan pernah mundur sejengkal pun karena saya bukan teroris. Saya bukan pengacau keamanan, saya bukan kriminal. La wong aku gak tau lapo-lapo kok diperkarano (Lah saya tidak pernah ngapa-ngapain kok diperkarakan)," kata Mas Bechi dalam videonya yang beredar. [**]

Terkini