Metroterkini.com - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) memecat menteri yang menunjukkan gelagat ingin mengikuti kontestasi Pilpres 2024 dengan memulai kampanye. Fahri menyinggung menteri tersebut sebagai 'pedagang' pencari cuan.
Fahri meminta menteri yang menggunakan jabatan demi kepentingan pribadi untuk mundur. Dia mengaku miris dengan menteri yang mencari cuan dan popularitas padahal kabinet tengah babak belur karena diterpa pandemi.
"Secara umum, semua menteri yang punya konflik kepentingan baik pribadi maupun jabatan sebaiknya mengundurkan diri. Kabinet ini babak belur padahal masih 2,5 tahun. Saat Krisis menghadang tapi menteri pada cari 'cuan' dan popularitas. Akhirnya presiden menanggung beban sendiri!," kata Fahri dalam keterangannya, Kamis (12/5/2022).
Fahri juga mengingatkan kembali komitmen Presiden Jokowi yang menentang adanya sistem rangkap jabatan dalam semua lini pemerintahan. Fahri menilai komitmen itu sulit terwujud kalau yang berkembang justru budaya tidak tahu diri di tiap anggota kabinet.
Fahri lantas menyentil menteri yang berasal dari profesional, yang disebutnya sebagai pedagang menengah. Menurut Fahri, seharusnya menteri tersebut berterima kasih kepada Jokowi dan fokus membantu presiden. Namun, kata Fahri, menteri yang dimaksudnya malah 'aji mumpung' mencari popularitas demi ingin berkuasa.
"Pedagang menengah, tiba-tiba memegang jabatan politik penting (memakai istilah penjelasan UUD, 'Bukan pejabat tinggi bias') harusnya tahu diri, berterima kasih dan fokus kerja bantu presiden. Dan kalau mereka menganggap diri profesional, ya profesional aja, curahkan ilmu sedalam-dalamnya untuk membereskan kerja-kerja besar yang ditugaskan oleh Presiden. Habis itu kembali aja ke dunia profesional. Tapi sayangnya pada 'aji mumpung', melihat popularitas sebagai segala-galanya. Pengen berkuasa!" kata Fahri.
Akhirnya, kata Fahri, kepercayaan yang begitu besar dari Presiden dan kekuasaan yang begitu luas justru dipakai untuk membangun popularitas dan tentunya menambah pundi-pundi dengan alasan biaya politik. Bahkan, menurut Fahri, menteri yang dimaksudnya itu merasa bangga dengan semuanya padahal tidak becus bekerja.
"Saya tahu betul bahwa di negara kita aturan rangkap jabatan belum terlalu ketat diatur, tapi mereka yang merasa dirinya sekolah di Barat, harusnya tahu diri bahwa konflik kepentingan sebaiknya mereka hindari. Pengabdian harus fokus tidak bisa di campur-campur dengan agenda pribadi," ujar Fahri.
Fahri menilai menteri tersebut sukses meyakinkan presiden bahwa mereka lebih efektif jadi pejabat dibandingkan birokrat atau politisi. Namun, kata Fahri, hal itu justru menjadi awal bencana.
"Boleh saja, dan boleh jadi presiden percaya. Tapi catat omongan saya. ini awal bencana bagi kalian semua. Apalagi oleh sebagian pengamat mereka ini diberi gelar 'pengpeng' yaitu penguasa pengusaha atau secara bercanda kita sebut aja mereka itu 'pengusaha'. Mereka-mereka itu nggak paham makna luhur jadi abdi negara, dicampur-campur sehingga kerja nggak fokus. Parahnya sampai pada tahap bikin kebijakan yang untungkan pribadi," sindirnya.
Fahri Hamzah meminta Jokowi segera merombak ulang kabinet. Fahri mengatakan masih ada waktu 2,5 tahun untuk fokus mengerjakan banyak hal bagi kepentingan umum yang masih banyak terbengkalai.
"Mumpung masih punya waktu lebih dari dua setengah tahun sebaiknya Presiden Jokowi merombak kabinetnya dan melepas para menteri yang ditengarai memiliki ambisi politik, sehingga kegiatan rangkap jabatan bisa dihilangkan. Apa lagi krisis Global mengancam keadaan kita sekarang! Semoga presiden menyadari!" ujarnya. [**]