Metroterkini.com - Poster deklarasi sejumlah pasangan capres dan cawapres mulai beredar sejak pekan lalu. Meski hingga kini belum ada pasangan yang dipastikan bukan hoaks, tapi sejumlah nama memang telah diperkirakan akan maju sebagai calon kuat di Pilpres 2024.
Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari, meramalkan pilpres 2024 akan diisi duel Anies Baswedan versus Prabowo Subianto. Pernyataan Qodari menanggapi survei Lembaga Indikator Politik Indonesia (IPI) mengenai Pilpres 2024 yang menjadikan anak muda sebagai responden.
Hasil survei IPI memang memposisikan Anies sebagai capres pilihan tertinggi. Lalu Prabowo duduk di urutan kelima.
"Sesuai saja dengan bacaan saya kalau misalnya gagasan Jokowi-Prabowo di 2024 tidak bisa dilaksanakan, maka Pilpresnya nanti kemungkinan besar akan berhadapan antara Anies dengan Prabowo Subianto," kata Qodari dalam keterangan yang disampaikan pada wartawan, Senin (22/3).
Qodari menjabarkan ramalannya didasari gagasan bahwa Prabowo pasti akan berkompetisi di Pilpres 2024 lantaran Partai Gerindra punya keterwakilan yang tinggi di DPR RI. Menurutnya, Gerindra hanya perlu dukungan satu partai menengah guna memenuhi Presidential Threshold.
"Kemungkinan besar koalisinya nanti itu koalisi yang terdiri dari Gerindra, PDIP, kemudian PKB, dan barangkali ada kemungkinan PAN," ucap Qodari.
Di sisi lain, Qodari menduga Anies bakal meraih dukungan dari PKS, Golkar, NasDem dan partai lainnya. Anies, lanjut Qodari berpeluang besar mempertahankan popularitasnya hingga jelang Pilpres.
"Anies saya kira surveinya yang paling potensial bertahan sampai dengan masa pendaftaran (Pilpres) pada Agustus 2023," sebut Qodari.
Qodari meyakini Anies punya basis pendukung yang jelas karena dianggap perwakilan umat Islam. Kemudian, Anies berpeluang mendapat simpati dari para mantan pemilih Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019 yang kecewa.
"Anies di Pilkada DKI Jakarta itu di-frame atau dicitrakan sebagai calonnya umat Islam. Pada waktu itu berhadapan dengan Ahok dan isu-isu yang membuat menang Anies pada saat itu tidak bisa lepas dari masalah penistaan agama dari Gerakan 411 dan 212," ujat Qodari.
Sebelumnya, IPI melakukan simulasi terhadap 17 nama calon presiden dalam survei nasional anak muda pada Maret 2021. Anies Baswedan mendapat suara tertinggi dibandingkan sejumlah nama lainnya.
Anies Rasyid Baswedan (15,2 persen), Ganjar Pranowo (13,7 persen), dan Ridwan Kamil atau Kang Emil (10,2 persen) menjadi tiga tokoh teratas yang dipilih anak muda jika pemilihan presiden dilakukan sekarang.
Berikutnya, figur yang dipilih anak muda untuk menjadi presiden adalah Sandiaga Salahuddin Uno (9,8 persen) dan Prabowo Subianto (9,5 persen). Nama selanjutnya ada Agus Harimurti Yudhoyono (4,1 persen), Erick Thohir (1,5 persen), Tito Karnavian (1,2 persen), dan Puan Maharani (1,1 persen).
Selain itu, ada Gatot Nurmantyo, Khofifah Indar Parawansa, Ma'ruf Amin, Budi Gunawan Sadikin, Bambang Soesatyo, Airlangga Hartarto, Mahfud MD, serta Muhaimin Iskandar yang memperoleh angka di bawah satu persen. Sementara, lebih banyak anak muda yang belum memilih nama untuk menjadi presiden yakni 30,5 persen.
"Pemilih Pak Jokowi itu menyebar, sementara Anies paling banyak mendapatkan dukungan di antara mereka yang mencoblos Pak Prabowo-Sandi di Pemilu 2019 kemarin," kata Burhanuddin.
IPI melakukan survei pada 4-10 Maret 2021 kepada 1.200 responden berusia 17-21 tahun. Dengan situasi pandemi Covid-19, survei dilakukan melalui wawancara telepon.
Responden berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional. Indikator Politik Indonesia menggunakan metode simple random sampling dengan toleransi kesalahan sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
"Secara umum tidak ada nama yang dominan, tetapi di antara 17 nama yang paling tinggi secara absolut itu ada Anies Baswedan di angka 15,2 persen," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi dalam rilis survei secara daring, Ahad (21/3).
Ia menjelaskan, berdasarkan sosio demografi, anak muda yang beretnis Jawa lebih banyak memilih Ganjar (22,1 persen). Sedangkan, anak muda yang beretnis Melayu lebih banyak memilih Anies (26,3 persen).
Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak, mengatakan, hasil survei Indikator Politik Indonesia mengenai simulasi terhadap 17 nama calon presiden 2024 masih sangat dinamis dan banyak faktor dapat memengaruhi. Namun, Gilbert menyebut, hasil survei itu dapat menjadi masukan.
"Waktu yang masih panjang menuju 2024, dan beberapa faktor lain yang bisa mempengaruhi. Kerja politik partai juga akan sangat berpengaruh. Walau demikian, beberapa temuan dalam survei akan menjadi masukan," kata Gilbert saat dihubungi, Senin (22/3).
Selain itu, menurut Gilbert, hasil survei tersebut dilakukan dengan sejumlah keterbatasan. Di antaranya tidak dilakukan secara tatap muka hingga hanya masyarakat yang memiliki telepon genggam baik saja.
"Dengan margin of error 2,9 persen, melihat hasilnya, hanya bisa diekstrapolasi ke kelompok 17-21 tahun, terlalu berlebihan kalau diekstrapolasi ke seluruh populasi," ujarnya.
Lanjut lanjut, anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta itu menilai, selisih persentase antara Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo tidak terlalu jauh. Ia menuturkan, perubahan data masih dapat terjadi, mengingat ada 30 persen responden yang belum memberikan suaranya.
hasil survei Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo tidak memiliki selisih yang tinggi. Karena hal itu, Gilbert menilai perubahan data akan terus terjadi mengingat 30 persen koresponden belum memberikan suaranya.
"Masih bisa terbalik karena melihat margin 2,9 persen yang bisa naik atau turun sebesar itu. Disamping itu, yang belum menentukan pilihan lebih dari 30 persen," tutur dia.
Nama Anies dan Prabowo memang seakan berkejaran dalam survei terkait pilpres 2024. Bulan lalu Lembaga Survei Indonesia (LSI) menempatkan elektabilitas Prabowo Subianto masih tertinggi jika pemilihan presiden digelar Februari kemarin. Elektabilitas Prabowo mengalahkan Ganjar Pranowo maupun Anies Baswedan.
Prabowo meraih elektabilitas sebesar 22,5 persen jika pilpres digelar saat survei LSI dilakukan. Di urutan kedua, mengikuti elktabilitas Ganjar Pranowo sebesar 10,6 persen dan Anies Baswedan sebesar 10,2 persen. Selain ketiga nama itu, nama mantan gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) juga muncul dalam survei LSI.
Ahok memiliki elektabilitas sebesar 7,2 persenm disusul Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dengan 6,9 persen. Lalu, Menteri Sosial Tri Rismaharini 5,5 persen, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 5 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 4,8 persen, dan Susi Pudjiastuti 2,3 persen.
"Masih Pak Prabowo yang unggul sementara 22,5 persen. Kemudian menyusul, ini boleh kita sebut sama, Pak Ganjar dan Pak Anies ini posisinya sama,"ujar Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan dalam rilisnya secara daring, Senin (22/2).
Dalam simulasi tertutup dengan 14 nama calon presiden, nama Prabowo tetap berada di peringkat pertama dengan elektabilitas sebesar 25,3 persen. Kemudian disusul Ganjar sebesar 14,7 persen dan Anies 13,1 persen.
Meski Prabowo sudah dua kali maju dalam bursa pilpres, pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin, meyakini Prabowo akan maju lagi di 2024. Alasannya, Prabowo belum pernah memenangi Pilpres.
"Prabowo itu 99 persen akan maju lagi di Pilpres 2024. Kenapa? pertama dia penasaran belum pernah menang. Kedua, dia ketum Gerindra. Ketiga, dia menteri, dan keempat, tidak ada aturan yang melarang dia untuk bisa maju lagi," katanya saat dihubungi Republika, Selasa (23/2).
Ia berpendapat, Prabowo tidak akan menyerah sampai berhasil memenangi pemilihan presiden sehingga ia akan terus berusaha sampai kapanpun. Kalau pun nanti tidak menang, ia mengatakan, itu artinya nasib tidak berpihak kepadanya.
Baca Juga
"Siapapun yang menang. Yang akan menjadi presiden ke depannya akan sulit. Karena utang Indonesia semakin banyak. Bagaimana kami bisa membangun, jika utang makin membumbung. Maka dari itu, mindset yang menjadi pemimpin ini negara ini harus diubah. Kalau tidak ya kami diam ditempat saja," kata dia. [**]