Guru Honorer Nekat Bunuh Diri ke Kereta Api

Ahad, 25 Agustus 2019 | 10:30:32 WIB

Metroterkini.com - Seorang guru honorer yang berusia 40 tahun menabrakan diri ke kereta api Serayu relasi Jakarta-Purwokerto di dekat perlintasan kereta di Pasar Pancasila, Kelurahan Lengkongsari, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya, Sabtu (24/8). Diduga korban melakukan aksi bunuh diri karena berat menghadapi persoalan hidupnya.

Kepala Unit Kecelakaan Lalulinta Polres Tasikmalaya Kota, Ipda Dadang Juanda menyebut bahwa korban mengalami luka berat akibat peristiwa tersebut. Usai tertabrak kereta, disebut Dadang korban langsung dibawa ke RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya untuk mendapatkan penanganan medis.

"Kita sudah melakukan olah TKP karena begitu menerima informasi langsung datang ke lokasi kejadian," ujarnya, Sabtu (24/8).

Sementara itu, petugas palang pintu kereta api, Ariyana Rizki menyebut bahwa ia sempat melihat seorang pejalan kaki yang diduga menabrakan diri ke tengah rel saat KA Serayu melintas. "Kemungkinan ya mau bunuh diri. Sempat kita teriakin dan mau menariknya tetapi posisi kereta sudah sangat dekat," katanya.

Sebelum menabrakan diri ke KA Serayu, ucap Ariyana, korban sempat terlihat duduk di dekat rel dan begitu melihat kereta melintas langsung mendekat dan menabrakan diri. Korban pun akibat aksinya itu sempat terserat sejauh 20 meter.

Berdasarkan informasi yang dihimpun korban diketahui berinisial YS, seorang guru honorer di salah satu SMP. Korban diketahui merupakan warga Kecamatan Purbaratu, Kota Tasikmalaya. YS sendiri kemudian diketahui meninggal dunia usai mendapagkan perawatan di RSUD dr Soekardjo, Kota Tasikmalaya.

Ibunda korban, Dese Hudaesah yang memgetahui anaknya meninggal dunia tampak terpukul saat melihat jenazah YS di kamar jenazah RSUD dr Soekardjo. Tangisnya pun pecah karena tidak menyangka bahwa anak kandungnya akan meninggalkan dirinya selamanya.

"Selama ini anak saya dikenal baik. Namun beberapa hari terakhir anak saya ada masalah rumah tangga. Sering cekcok katanya," ucapnya.
[mer]

Terkini