Metroterkini.com - Salah satu andalan Penerimaan Asli Daerah di Kabupaten Rokan Hilir adalah sektor Perkebunan yang memiliki potensi cukup tinggi setelah sektor migas dan perikanan tentunya. Dengan wilayah Kabupaten Rokan Hilir yang luas serta didukung potensi sumber daya alam (SDA), merupakan salah satu faktor pendorong untuk produktifitas komoditas perkebunan yang terus perlu dikembangkan.
Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir tahun 2017 mendatang sesuai dengan program Bupati dan Wakil Bupati berencana akan menghidupkan industri hilir mengingat daerah tersebut minim lapangan pekerjaan.
"Untuk sektor perkebunan Pabrik Kelapa Sawit hanya berupa CPO saja, kalau industri hilir belum. Makanya akan kita mulai tahun depan sesuai program visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Rohil terpilih. Padahal bahan baku sawit mencukupi dan layak dibuat berbagai industri hilir seperti sabun dan konsmetik," kata Pelaksana tugas Sekretaris Daerah Rohil Surya Arfan, belum lama ini.
Surya Afran meilai, jika telah didirikan Industri Hilir diyakini akan menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kabupaten Rokan Hilir dengan menyesuaikan potensi yang ada.
"Kita juga mengharapkan peran serta pihak swasta dalam hal ini ivestor, sementara pemerintah daerah mendukung sepenuhnya. Pemerintah ingin semua peluang potensi dimanfaatkan dengan baik. Kalau sudah berhasil tentunya pendapatan asli daerah bisa meningkat dan angka pengangguran juga bisa ditekan," katanya.
Data dari situs Pemkab Rokan Hilir, sektor perkebunan tahun 2015, tanaman perkebunan yang merupakan tanaman perdagangan yang cukup potensial didaerah ini ialah kelapa sawit, karet dan kelapa. Pada tahun 2015 luas areal perkebunan adalah 285.123,5 ha dengan produksi 710.898,5 ton CPO, 67.590,6 ton karet kering, 5.848,9 ton kopra, 4 ton kopi, 118 ton kakau dan 82,1 ton pinang.
Sedangkan pada tahun 2013, untuk kelapa sawit, karet dan kelapa dengan luas areal perkebunan adalah 285.123,5 ha dengan produksi 710.898,5 ton CPO, 67.590,6 ton karet kering, 5.848,9 ton kopra, 4 ton kopi, 118 ton kakau dan 82,1 ton pinang.
Jika dibandingkan tahun 2012, luas lahan perkebunan adalah 280.473.70 ha dengan produksi 692.040.57 ton, yang terdiri dari 26.065,18 ton karet, 5.834,00 ton kelapa, 659.924,00 ton kelapa sawit, 3,99 ton kopi, 124,60 ton cokelat, dan 88,00 ton pinang. Berarti dalam 3 tahun terakhir sektor perkebunan di Kabupaten Rokan Hilir mengalami peningkatan.
Perkembangan potensi perkebunan di Kabupaten Rokan Hilir berdasarkan data, terus mengalami peningkatan karena pada tahun 2008 luas areal perkebunan hanya 240.849 ha dengan produksi 4.380.834,05 ton, yang terdiri dari 4.273.223 ton kelapa sawit, 84.712,30 ton karet, 22.858,30 ton kelapa, 1,20 ton kopi an 39,25 ton kakao
Untuk perkebunan karet, yang sangat cocok karena pertumbuhan tanaman karet bisa tumbuh subur di kedalaman tanah lebih dari 100 cm dan tidak terdapat batu-batuan atau lapisan cadas. Kedalaman gambut tidak lebih dari 20 cm dan kemiringan tanah kurang dari 16%, dengan permukaan air tanah tidak kurang dari 100 cm.
Tanaman karet yang bisa tumbuh diberbagai jenis tanah, bisa tumbuh subur di wilayah Rokan Hilir dengan pasar yang sangat menjanjikan kendati ada waktunya mengalami penurunan. Untuk pasar, hasil perkebunan karet tidak banyak mengalami kendala karena pasar lokal siap menampung hasil karet masyarakat.
Daerah dengan produksi karet di Rokan Hilir berada di Kecamatan Pujud dan Kecamatan Pasir Limau Kapas dengan luas sekitar 14 ribu hektar lebih, belum termasuk kecamatan lainya yang ditanam belum merata dengan itu produksi karet setengah jadi (ojol) tergolong tinggi yang pernah mencapai 67.590,6 ton karet kering dan jumlah tersebut terus meningkat.
Untuk komoditas unggulan lainnya di Rokan Hilir yaitu kelapa lokal merupakan tanaman yang mempunyai fungsi ekonomis tinggi. Selain menghasilkan kopra, kelapa juga untuk kebutuhan rumah tangga dan sektor ini masih memiliki peluang yang cukup tinggi.
Untuk daerah produksi kebun kelapa paling rendah adalah pada Kecamatan Bagan Sinembah dan Simpang Kanan. Sebagian besar penjualan untuk kelapa berupa buah kopra. Pemerintah daerah terus berupaya mengembangkan potensi kelapa yang ada di Rokan Hilir. Pendidikan dan pelatihan serta mencari pasar untuk hasil olahan kelapa sangat diperlukan.
Sedangkan untuk komoditas kelapa sawit, yang menjadi tanaman primadona perkebunan saat ini. Sawit merupakan produk unggulan perkebunan yang paling banyak diminati oleh masyarakat Riau. Begitu juga di Kabupaten Rokan Hilir, masyarakat lebih memilih bertanam sawit dibandingkan dengan padi atau jenis tanaman lainnya.
Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir Melalui Dinas Perkebunan Rohil menyerahkan bantuan 50 liter racun(pestisida) merek Decis kepada dua kelompok Tani, yaitu kelompok tani maju bersama dan kelompok Tani Matahari Kahuripan, yang berasal dari Kecamatan Simpang Kanan dan kecamatan Bagan Sinembah di Raya, bantuan tersebut diserahkan langsung oleh Kepala Dinas Perkebunan kabupaten Rokan Hilir, Syahril S.Sos.
"Bantuan ini gratis, tidak kami pungut biaya, petani jangan segan menyampaikan permasalahan yang dihadapi terkait permasalahan pada tanaman perkebunan sawit yang sedang dihadapi. Bapak-bapak jangan segan kalau ada permasalahan maka silahkan laporkan kepada kami agar segera ditindak lanjuti karena tujuan kami ini tidak lain tidak bukan adalah untuk kesejahteraan pada petani," ucapnya.
Syahril juga tak lupa menyampaikan apresiasi para pengurus kelompok Tani yang hadir. "Kepada Bapak yang hadir terima kasih sudah jauh-jauh datang kemari, pergunakanlah ini dengan baik kalau ada apa-apa lapor pak Tomy, atau bila perlu langsung laporkan langsung kepada saya. Lain kali Pak Tomy kalau ada bantuan seperti ini langsung saja diserahkan ke lapangan biar kita tahu kondisi riil di lapangan," ujarnya.
Potensi lainya adalah coklat atau kakao juga merupakan tanaman perkebunan yang diambil buahnya. Kisaran produksi perkebunan coklat di Kabupaten Rokan Hilir ini adalah 0,4-20,8 ton/ha/tahun. Coklat merupakan komoditi perkebunan yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan coklat sangat dibutuhkan oleh berbagai macam industri, contohnya adalah industri makanan.
Rokan Hilir dalam mengembangkan tanaman coklat berdasarkan keinginan dan kemauan masyarakat dalam membudidayakan tanaman coklat. Karena selama ini, masyarakat cenderung memilih sawit sebagai tanaman unggulan perkebunan. Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir harus mampu meyakinkan kepada masyarakat bahwa dengan budidaya tanaman coklat masyarakat dapat memiliki kehidupan yang tidak kalah sejahtera dengan petani/pekebun tanaman yang lain. Selain itu, pemerintah daerah harus mampu menjadikan wilayah Kubu sebagai sentra tanaman coklat.
Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir terus berupaya menyediakan sarana dan prasarana perkebunan coklat yang memadai, seperti bibit unggul, pupuk, penyuluhan, pemasaran dan kegiatan lain seperti pendidikan dan pelatihan untuk panen dan pasca panen. Hal ini tentu sebagai upaya membentuk sentra tanaman perkebunan coklat yang tangguh.
Namun tidak menutup kemungkinan bagi wilayah kecamatan yang lain untuk dapat mengembangkan tanaman coklat, namun dalam hal ini wilayah tersebut hanya berfungsi sebagai zona atau wilayah pendukung bagi wilayah sentra perkebunan coklat. Hal ini dimaksudkan agar masing-masing daerah memiliki ciri khas dan keunggulan yang spesifik untuk suatu komoditi tanaman perkebunan.
Sementara untuk kebun pinang terluas berada di Kecamatan Rimba Melintang. Namun produksi pinang di Kecamatan Rimba Melintang, berbeda dengan di Kecamatan Bangko Pusako dan Rantau Kopar. Di Kecamatan Bangko Pusako, hasilnya masih bervariasi ini menunjukkan bahwa antara luas lahan dengan produksi yang dihasilkan tidak berbanding lurus.
Selama ini Pinang memang kurang popular dibandingkan dengan sawit, karet, kelapa dan coklat. Namun harga jual pinang masih sangat menjanjikan untuk dikembangkan menjadi komoditi unggulan tanaman perkebunan di Kabupaten Rokan Hilir. Hal ini didukung oleh beberapa faktor, diantaranya adalah tersedianya lahan, iklim yang mendukung dan pasar yang luas. Itu yang menjadi tugas Pemerintah Daerah untuk dikembangkan dan menjadi sumber pendapatan asli daerah dari sektor perkebunan. [adv/hms]