Metroterkini.com - Peningkatan pembangunan Jalan Bagansiapiapi-Teluk Piyai-Kubu, di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) terancam putus kontak.
Pasalnya, pembangunan jalan tersebut yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik sebesar Rp25,5 miliar terdapat persoalan yang menyebabkan pekerjaan tidak bisa dijalankan.
"Pembangunan Jalan Bagansiapiapi-Teluk Piyai-Kubu yang didanai dari DAK fisik saat ini belum putus kontrak. Tapi Insya Allah putus kontrak," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Perumahan Kawasan Pemukiman Pertanahan (PUPR-PKPP) Riau, M Arief Setiawan, Senin (28/11/2022).
Arief menjelaskan persoalan yang menjadi alasan pembangunan jalan tersebut akan putus kontrak. Pertama persoalan jembatan Pedamaran II menuju lokasi pembangunan jalan ditutup karena tiang jembatan rusak akibat ditabrak ponton pengangkut material jalan beberapa waktu lalu.
"Kan Jembatan Pedamaran II rusak, sehingga jembatan tidak bisa dilewati untuk membawa material pembangunan jalan," ujarnya seperti dikutip dari cakaplah.
Untuk mengangkut material itu, lanjut Arief, ada jalan alternatif yang sempat digunakan untuk mengangkut material putus terkena banjir. Sehingga tidak bisa dilalui untuk mengangkut material.
"Kemudian sudah dibantu lewat laut untuk mengangkut material menggunakan kapal Gross Tonnage (GT). Namun dengan volume GT dengan kondisi pasang surut air laut tidak terkejar. Jadi kendala alam itu yang mau tidak mau yang terpaksa harus putus kontrak," terangnya.
Arief menjelaskan, pembangunan jalan Bagansiapiapi-Teluk Piyai-Kubu tersebut sempat dikerjakan sebelum musim hujan. Namun karena saat ini di wilayah tersebut sering turun hujan, dan badan jalan yang akan dibangun tergenang air pembangunan jalan dihentikan.
Selain itu DAK, Arief juga mengakui pembangunan jalan Bagansiapiapi-Teluk Piyai-Kubu terdapat Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Riau 2022 lebih kurang sebesar Rp7 miliar.
"Di situ juga ada dua kegiatan. Selain DAK, ada juga kegiatan penimbunan jalan lebih kurang Rp7 miliar yang putus kontrak karena pekerjaan baru 20 persen. Karena mau dilanjutkan badan jalan yang akan ditumbun digenangi air. Bagaimana mau kita timbun," paparnya.
Karena itu, tambah Arief, agar timbunan jalan yang sempat dikerjakan tidak hilang, pihaknya melakukan normalisasi wilayah setempat dengan menggunakan alat berat Ampibi yang alokasi anggaran dari Biaya Tak Terduga (BTT).
"Itu kita lakukan agar air tidak menggenangi badan jalan terus. BTT itu sedang kami usulkan, dan kami sudah ke sana meninjaunya berkenan dengan BTT itu," pungkasnya.[**]