Program CSR PT KPI RU II Sungai Pakning, Antoni: Lahan Gambut Merupakan Berkah

Program CSR PT KPI RU II Sungai Pakning, Antoni: Lahan Gambut Merupakan Berkah
Manager Produksi PT. Kilang Pertamina Internasional RU II Sungai Pakning Antoni Doloksaribu memperlihatkan air gambut yang masih dalam proses

Metroterkini.com - Kontribusi PT. Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit II (PT. KPI RUII) Sungai Pakning melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) telah dirasakan oleh masyarakat Kabupaten Bengkalis khususnya masyarakat yang mendiami lahan gambut, di Kecamatan Bukit Batu dan Siak Kecil. Hal ini diketahui saat awak media diajak pihak PT. KPI RU II Sungai Pakning meninjau beberapa lokasi program kemitraan perusahaan pelat merah itu dengan masyarakat. Ini tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB) yang terus dilakukan Pertamina melalui program CSR.

Acara yang berlabel media visit PT. Kilang Pertamina Internasional itu diikuti wartawan liputan Bengkalis dan Jakarta, termasuk metroterkini.com, Selasa 25 Oktober 2022. Para awak media didampingi oleh Manager Produksi PT. Kilang Pertamina Internasional RU II Sungai Pakning, Antoni R Doloksaribu, Senior officer II Comunication and Corporate Iven PT. Pertamina Pusat, Edward Manaor Siahaan, Junior Officer Comunication PT. Kilang Pertamina Internasional RU II Sungai Pakning, Rahmad Hidayat serta beberapa staf.

Dari kantor PT. Kilang Pertamina Internasional RU II Sungai Pakning, Kecamatan Bukit Batu, rombongan yang dipimpin Manager Produksi kilang RU II Sungai Pakning Antoni R Doloksaribu bergerak menyusuri Jalan Raya Pakning-Siak menuju Desa Lubuk Muda, Kecamatan Siak Kecil. Sampai di Desa Lubuk Muda, kenderaan rombong berbelok ke kanan masuk Jalan Rasuna Said. Setelah beberapa kilometer menyusuri jalan pahlawan nasional itu, rombongan kemudian belok ke Jalan Water Intek dimana terdapat pipa air milik PT. KPI RU II Sungai Pakning. Pipa tersebut mengalirkan air dari anak Sungai Dayang untuk kebutuhan kilang RU II Sungai Pakning.

Dipinggir Jalan Water Intek (tepat disamping Masjid Al-Inayah, RT 10, RW 05, Dusun Beringin, Desa Lubuk Muda, Kecamatan Siak Kecil, PT. Kilang Pertamina Internasional telah membangun inovasi Filtrasi Air Gambut (Filagam) mengola air gambut yang berwarna coklat kemerahan menjadi jernih dan fasilitas olahraga berupa lapangan bola voli.

Kehadiran Filagam ini telah membebaskan 116 kepala keluarga yang mendiami Dusun Beringin dari masalah air bersih layak konsumsi untuk keperluan sehari-hari.

Program Filagam ini telah menjawab tujuan pembangunan berkelanjutan, tujuan ke 7 Energi Bersih dan Terjangkau,

Sebelum ada Filagam, air bersih merupakan barang langka bagi warga dusun tersebut. Menurut Kepala Desa Lubuk Muda, kawasan lahan gambut yang sekarang bernama Dusun Beringin sudah didiami warga sejak tahun 1900 lalu. Selama 120 tahun mereka menggunakan air gambut yang berwana coklat kemerahan untuk keperluan MCK dan keperluan sehari-hari lainnya. Sementara untuk air minum mereka sangat tergantung dengan air hujan.

Barulah pada tahun 2020 penantian panjang warga untuk memperoleh air bersih berakhir. Berawal ketika Kilang RU II Sungai Pakning mengambil air dari anak Sungai Dayang untuk keperluan kilang. Selain mengambil air dari Sungai Dayang, pihak kilang RU II Sungai Pakning juga memperhatikan masyarakat  Dusun Beringin yang kesulitan memperoleh air bersih layak konsumsi. Apalagi, pesatnya perkembangan perkebunan membuat air gambut diduga sudah tercemar zat kimia yang berasal limbah dan pupuk. Sementara warga sangat membutuhkan untuk keperluan rumah tangga. Air gambut dan sungai Dayang yang diduga tercemar dan tak layak dikonsumsi dan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

Berawal dari pengambilan air untuk kebutuhan kilang RU II Sungai Pakning dari anak sungai Dayang, Desa Lubuk Muda,  Kabupaten Bengkalis, pihak PT. KPI RU II mencari solusi terkait kebutuhan air layak konsumsi bagi masyarakat yang mendiami lahan gambut.

Senior officer II Comunication and Corporate Iven PT. Pertamina Pusat, Edward Manaor Siahaan

Manager produksi PT. Kilang Pertamina Internasional RU II Sungai Pakning, Antoni R Doloksaribu mengatakan, dari sekian banyak persoalan yang dihadapi masyarakat di lahan gambut, pihaknya kemudian memfokuskan prioritas apa yang sangat dibutuhkan masyarakat. Fokus prioritas yang dihadapi masyarakat adalah air bersih dan air minum atau air layak dikonsumsi. Untuk itu, PT. KPI melalui program CSR pada tahun 2020 mulai membangun fasilitas filtrasi air gambut (Filagam) mengola air gambut menjadi air bersih dan bening layak dikonsumsi. Anggarannya pun tak besar. Kilang RU II Sungai Pakning mengucur dana CSR kurang dari Rp 200 juta untuk membangun Filagam dan sebuah lapangan bola voli disampingnya.

Untuk pengelolaan berkelanjutan, pihak PT. KPI RU II melakukan pendampingan (melatih) 10 orang pemuda Dusun Beringin dengan nama Kelompok Tirta Muda yang diketahui Andi Syahputra. Tahun 2020 Kelompok Tirta Muda binaan kilang RU II Sungai Pakning mulai memproduksi air bersih layak dikonsumsi rumah tangga.

Saat ini Filagam kelompok Tirta Muda sudah bisa memproduksi 5.840 ton pertahun. Sedangkan air bersih disalurkan 4.088 ton pertahun. Seluruh warga Dusun Beringin yang berjumlah 116 Kepala keluarga saat ini sudah menikmati air bersih Tirta Muda.

Menurut Antoni, pembangunan Filagam yang dikelola Andi Syahputra dan kawan-kawan merupakan bagian dari dukungan perusahaan terhadap the Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB), yakni Tujuan ke-7 Energi Bersih dan Terjangkau, dan Tujuan ke-6 yakni memastika ketersediaan air bersih dan sanitasi yang layak bagi semua, dan Tujuan ke-11 Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan.

Disamping air bersih. Tirta Muda juga memproduksi air minum isi ulang dengan teknologi Reverse Osmosis (RO) untuk komersial. Harga air isi ulang yang diproduksi Kelompok Tirta Muda 71,4 persen lebih murah dari harga pasaran. Saat ini, pemasarannya sudah menjangkau 3.107 orang penerima manfaat. Dari penjualan air galon isi ulang, Kelompok Tirta Muda memperoleh pendapatan Rp 86.400.000,- pertahun.

Ketua kelompok Tirta Muda Andi Syahputra menjelaskan proses pengolahan air gambut menjadi air bersih

Sebelum adanya depot air isi ulang Tirta Muda, masyarakat Dusun Beringin dan sekitarnya memenuhi kebutuhan air minum dengan membeli air isi ulang di kedai dengan harga Rp 7.000,- per galon. Rata-rata satu rumah tangga di Dusun Beringin membutuhkan air isi ulang 5-7 galon per minggu. Hal ini tentu menambah biaya rumah tangga mereka. Ini mendukung program SDGs nomor 6 air bersih dan sanitasi layak.

Inovasi Filtrasi air gambut (Filagam) sudah dipatenkan dengan nomor paten P00202107881 rangkaian Alat Pembersih Air Gambut.

"Harapan kami dari Pertamina adalah program Filagam bisa berkelanjutan dan anak muda disini (Dusun Beringin) semakin maju serta menjadi kebanggaan Bengkalis," kata Manager Produksi Kilang RU II Sungai Pakning, Antoni R Doloksaribu.

Sementara itu, Senior officer II Comunication and Corporate Iven PT. Pertamina Pusat, Edward Manaor Siahaan, menyarankan  kepada masyarakat untuk terus mensosialisasikan program CSR Pertamina. "Silahkan jual (publikasikan) melalui media biar paham agar menjadi perhatian pemerintah," kata Edward dalam kata sambutannya di lokasi Filagam.

Pada kesempatan itu, Edward berharap program ini menjadi nilai ekonomi bagi masyarakat tempatan. Selain itu, program CSR ini juga bisa ditiru dan diterapkan di lahan gambut) di desa lainnya. Untuk membangun sebuah Filagam biayanya juga tidak terlalu besar, tak sampai Rp 200 juta.

"Jual saja semua program Pertamina agar yang lain paham, dan harapan saya program Filagam menjadi percontohan bagi desa lain," ujarnya.

Kepala Desa Lubuk Muda Irawan

Sementara itu, Kepala Desa Lubuk Muda, Irawan kepada metroterkini.com mengatakan, Dusun Beringin berdiri sejak tahun 1900 san. Umumnya mata pencaharian masyarakat Dusun Beringin adalah petani khususnya kelapa sawit. Untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, cuci dan kakus (MCK) seluruh masyarakat Dusun Beringin menggunakan air gambut yang berwana kecoklatan. Sementara untuk keperluan air minum mereka mengandalkan air hujan yang ditampung dengan tempayan atau tangki.

Masalah kebutuhan air bersih bagi masyarakat yang mendiami tanah gambut tidak terkecuali masyarakat di Dusun Beringin merupakan problem serius. Mengapa tidak. Karena mereka sangat kesulitan air bersih untuk keperluan minum dikala musim kemarau. Namun, sekarang warga Dusun Beringin sudah memperoleh air bersih layak untuk rumah tangga. Bahkan Tirta Muda memproduksi air air galon isi ulang yang langsung bisa diminum dengan merk Tirta Muda.

"Kami dari pihak desa siap bekerja sama dalam pelaksanaan agar program Pertamina dapat berkelanjutan. Terimakasih atas bantuan yang diberikan Pertamina," ujar Irawan.

Manfaat dibangunnya Filagam di Dusun Beringin sangat dirasakan oleh masyarakat. Hal ini diungkapkan Epi Yulizaryanto (46) warga Dusun Beringin yang telah menikmati air bersih Tirta Muda.

Menurut Epi, air bersih dan air minum dengan teknologi reverse osmosis (RO) yang dikelola Kelompok Tirta Muda yang beranggotakan 10 orang anak muda Dusun Beringin telah dinikmati seluruh warga dusun. Harganya  juga jauh lebih murah dibandingkan air isi ulang produk lain yang dijual di kedai-kedai. Jika produk lain dijual Rp 7000 per galon, ungkap Epi, air isi ulang Tirta Muda hanya Rp 5.000 per galon. Dengan demikian setiap kepala keluarga di Dusun Beringin bisa menghemat pengeluaran untuk keperluan air minum. Sedangkan untuk air bersih untuk MCK gratis.

Sebelum ada Filagam, ungkap Epi, dia dan warga desa lainnya untuk mandi, mencuci dan kakus menggunakan air gambut. Khusus pakaian putih setelah dicuci sebelum dijemur terlebih dahulu harus dibilas dengan air hujan. Jika tidak, alamat akan muncul bercak-bercak coklat kemerahan di pakaian tersebut.

Sedangkan terkait kesehatan dalam penggunaan air gambut dan air hujan, sambung Epi, kulitnya sering gatal jika mandi dengan air gambut karena diduga sudah tercemar. Sedangkan jika mandi dengan air hujan persendiannya terasa sakit dan ngilu. Namun, rasa gatal dan ngilu terpaksa diabaikan, karena tak ada air untuk mandi selain air gambut dan air hujan.

"Ini (air bersih) sudah lama kami idam-idamkan. Baru setahun belakangan kami nikmati. Sekarang untuk MCK kami sudah menggunakan air bersih. Sementara untuk minum yang biasa membeli air galon (isi ulang) di kedai. Sekarang saya beli disini (Tirta Muda), dan harganya pun lebih murah," kata Epi.

Selain ke Filagam, kami juga dibawa melihat lokasi revitalisasi dan konservasi kawasan mangrove di Desa Pangkalan Jambi. Revitalisasi dan konservasi ini dikelola Kelompok Harapan Bersama yang telah dibina PT. KPI RU II Sungai Pakning.

Kawasan mangrove Pesisir Gambut dibagi dua, yakni seluas 18,9 hektar merupakan area mangrove yang dilindungi dan 4 hektar sebagai kawasan mangrove education center conservation.

Program revitalisasi dan konservasi kawan mangrove ini telah berhasil menyelamatkan pantai Desa Pangkalan Jambi dari ancaman abrasi lebih luas.

Ketua Kelompok Harapan Bersama, Alpan kepada wartawan mengatakan, ia dan anggota kelompoknya diberi tanggung jawab dalam penanaman mangrove agar desanya tak jadi lautan. Ia menceritakan, dulu kawasan hutan mangrove tersebut adalah perkampungan nelayan, dia pun tinggal disana. Karena abrasi akibat diterjang ombak Selat Bengkalis semakin luas, dia dan warga kampung mundur (pindah) jauh ke darat.

Dengan pandangan menerawang, Alpan mencoba mengingat kembali kondisi kampungnya. Setiap pulang melaut, ungkapnya, ia bersama rekan sesama nelayan sering merenung di bibir pantai mencari solusi agar abrasi pantai di desanya yang merupakan tanah gambut dapat dicegah.

Alpan Ketua Kelompok Harapan Bersama

Setelah berembuk dengan warga lainnya, diputuskan salah satu cara menyelamatkan pantai dari abrasi adalah menanami pantai dengan mangrove. Aktivitas penanaman mangrove ini mendapat support dari PT. Kilang Pertamina Internasional RU II Sungai Pakning.

Pihak Pertamina kemudian menggunakan teknologi modifikasi alat pemecah ombak yang dinamakan Triangle Mangrove Barrier (Trimba) tersebut berhasil menaikkan permukaan sedimen untuk menanam mangrove. Hasil rekayasa teknologi ini telah berhasil menaikkan sedimen setinggi 60-70 sentimeter sepanjang 300 meter dengan lebar sekitar 50 meter.

Sampai saat ini, dikawasan yang sudah berubah menjadi salah satu destinasi wisata di Kabupaten Bengkalis itu, telah ditanamkan sebanyak 40.000 bibit Mangrove. Disana juga terdapat satu jenis satwa langka dan dilindungi yakni Prebytis Melalophos Sumatrana.

Sedangkan teknologi pemecah ombak yang disebut Trimba tersebut telah dipatenkan dengan Nomor Paten S00202107928 dengan nama Modifikasi Alat Pemecah Ombak Hybrid Engineering.

Di objek wisata ini para pengunjung juga bisa membeli beragam buah tangan hasil produksi oleh UMKM pengelola mangrove binaan kilang RU II Sungai Pakning, seperti makanan ringan dan ikan kering yang pengeringannya menggunakan teknologi hybrid solar dryer sistem atau rumah pengering ikan tenaga surya. Ikan yang dikeringkan tersebut adalah ikan hasil tangkapan nelayan setempat. Program Filagam ini mendukung SDG's nomor 11 Kota dan Pemukiman yang berkelanjutan.

Dari hutan mangrove, kami kemudian diajak melihat Pertanian Holtikultura Lahan Gambut yang dikelola Kelompok Tani Maju Jaya Bersama di Desa Batang Dulu, Kecamatan Bukit Batu.

Menurut Manager PT. Kilang Pertamina Internasional Unit II Sungai Pakning, Antoni Doloksaribu, lahan gambut yang dimanfaatkan masyarakat untuk bercocok tanam kebutuhan sehari-hari berupa cabe, Laos, dan lain sebagainya masih milik Pertamina.

Syaiful Ketua Kelompok Tani Maju Jaya Bersama ditengah kebun cabe yang dikelolanya

Syaiful selaku Ketua Kelompok Tani Maju Jaya Bersama menjelaskan, saat ini pihaknya menanam 9.000 batang cabe rawit dengan produksi 60 kg perminggu.

Menurut Syaiful, sebelum dibina PT. KPI kelompok taninya melakukan penanaman cara biasa, seperti umum petani tradisional dengan media tanam pemerunan (membakar). Namun, semenjak dibina oleh Pertamina sistem media tanam dirubah menggunakan limbah ampas kelapa dan limbah ampas tahu.
Sementara itu, penyiraman tanaman cabenya, kelompok ini menggunakan sistem irigasi sprinkler. Sumber airnya berasal dalam tanah gambut yang dibor. Tekanan air yang berasal dari pompa disalurkan melalui pipa-pipa dan dikeluarkan melalui nozzle yang kemudian memecah air seperti titik-titik hujan. Sistem ini dapat mengatur tekanan, jarak dan jumlah air yang diperlukan tanaman.

Menurut Syaiful, sistem irigasi sprinkle bisa menghemat air dan hasil panen  jauh lebih baik dibanding sistem tradisional.

Konsep pertanian binaan kilang RU II Sungai Pakning ini adalah Agrowisata Hortikultura. Namun, sebelum sampai ke ara itu, pihak Pertamina selaku pembina memperkuat dahulu ekonomi dan aset kelompok tani Maju Jaya Bersama yang berjumlah 15 orang.

Saat ini, selain cabe rawit jenis Rajo, kelompok ini juga menanam Laos, serai, nangka, porang, dan karet.

Sementara itu, untuk pemasaran pihaknya tidak ada kendala. Hasil pertanian Maju Jaya Bersama sudah merambah Kota Dumai, Siak dan beberapa daerah lainnya diluar Kabupaten Bengkalis.

Terkait kendala, Syaiful mengaku jika musim hujan berkepanjangan. Soalnya, ungkapnya lelaki 31 tahun itu, saat musim hujan pihaknya kesulitan mengendalikan hama tanaman khusus hama tanaman cabe.

"Tanaman butuh sinar matahari, kalau musim hujan kita sulit mengendalikan hama tanaman," ujarnya.

Pada kesempatan itu, pihak PT. KPI juga melihat teknologi sederhana dalam pemadaman kebakaran hutan dan lahan yang diperagakan masyarakat peduli api (sekarang masyarakat peduli bencana) dalam mendapatkan sumber air disaat kebakaran.

Manager PT. Kilang Pertamina Internasional Unit II Sungai Pakning, Antoni R Doloksaribu mengatakan, dalam program CSR pihaknya terlebih dahulu melaku mapping terkait apa yang sangat dibutuhkan masyarakat yang mendiami lahan gambut.

Dari mapping tersebut, ungkap Antoni, pihak PT. KPI menfokuskan prioritas apa yang sangat dibutuhkan masyarakat yang mendiami lahan gambut. Ternyata mereka sangat butuh air bersih, mencegah abrasi dan peningkatan taraf hidup dengan sistem pertanian hortikultura.

"Mereka yang tinggal dilahan gambut sangat butuh air bersih, kita bangun pengolahan air gambut menjadi air bersih. Terkait abrasi akibatnya rumah-rumah mereka mundur ke darat kita lakukan penanaman mangrove, dan pertanian dilahan gambut yang ramah lingkungan. Dari semua program tersebut tujuannya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat," kata Antoni Doloksaribu.

"Perekonomian yang meningkat akan berdampak kepada kesejahteraan, kesehatan dan pendidikan anak-anak mereka," pungkasnya.

Selain itu, Pertamina juga berhasil melakukan rekayasa alat dan pembuatan sumur hidran di lahan gambut. Dengan sistem ini proses pemadaman tidak membutuhkan waktu lama. Sehingga api tidak berkembang kemana-mana. Sistem ini telah diterapkan oleh masyarakat peduli bencana (MPB) binaan Kilang RU II Sungai Pakning yang bekerjasama dengan Manggala Agni, Dinas Lingkungan Hidup.

Rekayasa teknologi pemadam karhutla ini membuat pemadam dan pendinginan lahan gambut yang terbakar lebih cepat. Karena sumber air dalam tanah gambut yang tak jauh dari lokasi.

Regu masyarakat peduli bencana tengah menyemprotkan air gambut dari sumur hidran di lahan gambut

Selain itu, dengan adanya pertanian Holtikultura lahan gambut juga bisa mencegah terjadinya kebakaran. Saat ini mereka yang tinggal dilahan gambut bisa bahagia karena perekonomian mereka meningkat. Sebab, disekitar lahan pertanian mereka tak ada lagi kebakaran hutan dan lahan. Hal ini berdampak kepada taraf hidup dan pendidikan anak-anak mereka.

"Sekarang lahan gambut bukan lagi musibah, tetapi berkah," pungkas Antoni R Doloksaribu sambil tersenyum, dan berharap kedepan semua kelompok yang dibinanya bisa mandiri. [Bakhtaruddin]

Berita Lainnya

Index