Metroterkini.com - Peneliti dari tim Ekspedisi Sungai Nusantara, Prigi Arisandi, mengungkapkan bahwa kondisi Sungai Siak, Pekanbaru, Riau, sangat memprihatinkan. Hasil uji kualitas air yang dilakukan bersama dengan Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Riau dan Badan Teritori Telapak Riau, bahwa kadar Khlorin bebas Sungai Siak telah melebihi baku mutu PP 22/2021.
"Pada beberapa lokasi kadar phospat menunjukkan kadar diatas baku mutu yang cukup tinggi, yaitu jembatan Siak 2 dan batang sago sebesar 2,5 ppm. Padahal standarnya tidak boleh lebih dari 1 ppm,”ungkapnya, Minggu (03/7/2022).
Prigi menyebut, untuk kadar khlorin, semua lokasi yang diteliti kadarnya melebihi baku mutu. Yaitu sebesar 0,03 ppm. Sedangkan pada air Sungai Siak kadar Khlorin tertinggi ada di siak Hilir sebesar 2 ppm. Posisi terendah ada pada sungai Sail sebesar 0.09 ppm.
Prigi menjelaskan, selain berdampak pada kesehatan, senyawa klorin menimbulkan dampak terhadap lingkungan.
Klorin ini sering digunakan sebagai disinfektan, dan ternyata dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam air. Klorin dapat bereaksi dengan materi organik dalam air limbah yang menyebabkan karsinogen.
"Klorin berpotensi menyebabkan iritasi mata, kulit, dan iritasi saluran pernapasan atas. Efek jangka panjang klorin menyebabkan gangguan obstruksi saluran pernapasan," terangnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, ada tiga jalur masuk klorin ke dalam tubuh. Diantaranya melalui jalur ingesti dan kontak kulit (terlarut).
Kontak langsung melalui kulit dengan klorin bersifat iritan. Maka efek yang ditimbulkan yaitu iritasi kulit, mata, dan iritasi saluran pernapasan atas.
Klorin banyak digunakan dalam industri kertas sebagai bahan pemutih, dalam rumah tangga khlorin menjadi senyawa dalam bahan pemutih pakaian, desinfektan dan sebagai bahan tambahan dalam herbisida yang banyak digunakan dalam perkebunan sawit.
Sedangkan kadar Fosfat, kata Prigi, dapat dijumpai pada dua lokasi Penelitian di Rumbai dan Sago jauh diatas baku mutu.
Fosfat merupakan salah satu parameter pencemaran air yang dapat meningkatkan kesuburan badan air.
Proses pertumbuhan alga, serta tumbuhan air yang tidak terkendali (blooming alga) dapat dipengaruhi akibat tingginya unsur fosfat yang berasal dari limbah domestik, industri maupun pertanian.
Kandungan fosfat dalam perairan dapat berasal dari limpasan pupuk pada pertanian, kotoran manusia, maupun hewan, kadar sabun, pengolahan sayuran, serta industri pulp dan kertas.
Penggunaan detergen dalam rumah tangga juga menjadi penyumbang kadar fosfat yang signifikan dalam perairan.
"Tingginya konsentrasi kadar fosfat di perairan yang telah melebihi baku mutu, maka dapat dipastikan berakibat pada menurunnya kualitas perairan dan berdampak negatif pada kepunahan beragam jenis ikan yang ada di Siak,” ungkap Prigi Arisandi. [**]