Metroterkini.com –Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat kembali menggelar Grebeg Besar Idul Adha 1443 H. Itu setelah dua tahun terhenti akibat pandemi Covid-19.
Pengulu Tafsir Anom KRAT Muh Mukhtarom Pujonagoro mengatakan, filosofi dari kegiatan tersebut merupakan bagian dari wujud syukur manusia kepada Tuhan. ”Ada sedekah berupa makanan yang dibawa dari keraton ke Masjid Agung kemudian dibagikan kepada masyarakat umum. Siapapun bisa mendapatkan itu,” kata Mukhtarom Pujonagoro di sela Grebeg Besar di Solo, Minggu (10/7).
Dia mengatakan, ditiadakannya Grebeg Besar selama dua tahun terakhir perayaan Idul Adha karena dikhawatirkan akan menciptakan kerumunan orang.
"Secara teknis kan grebeg ini tempat berkumpulnya banyak orang. Maka keraton tidak menyelenggarakan. Hanya syukuran atau selametan di dalam keraton. Ini kondisinya membaik (sehingga diselenggarakan kembali), bagian dari tradisi keraton yang harus dilestarikan,” ujar Mukhtarom Pujonagoro.
Selain itu, melalui Grebeg Besar tersebut diharapkan manusia mampu memahami makna Idul Adha.
"Yang jelas kita sebagai manusia, dalam Idul Kurban harus juga mengurbankan, ada jiwa pengurbanan kita. Menanggalkan sifat kehewanan kita, meningkatkan sifat humanisme kita. Kedua, syukur tadi kan wujudnya juga sama, dalam rangka mempertebal jiwa humanisme,” terang Mukhtarom Pujonagoro.
Sementara itu, dimulainya grebeg ditandai dengan keluarnya drumband Prajurit Keraton Surakarta dari Kori Kamandungan yang membawa panji dan bendera logo Kasunanan Surakarta. Diikuti abdi dalem yang membawa tandu berisi berbagai makanan tradisional dan di belakangnya ada dua gunungan yang dinamakan Gunungan Jaler dan Estri.
Rombongan berjalan dari Keraton Surakarta menuju Masjid Agung Surakarta. Usai didoakan di masjid, berbagai hasil bumi di Gunungan Estri langsung ludes diperebutkan warga dan Gunungan Jaler dibawa kembali ke keraton untuk dibagikan warga di sana. [ant]