RI Butuh Rp218 T untuk Jadi Pemain di Pasar Baterai EV

RI Butuh Rp218 T untuk Jadi Pemain di Pasar Baterai EV

Metroterkini.com - Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho menyebut Indonesia memerlukan investasi US$15,3 miliar atau setara Rp218,18 triliun (kurs Rp14.262 per dolar AS) untuk menjadi pemain di pasar global baterai kendaraan listrik (EV).

Toto mengatakan nilai itu baru estimasi untuk investasi awal. Besaran investasi yang dibutuhkan bisa lebih besar atau sebaliknya tergantung kondisi pasar global ke depan.

"Secara garis besar, kalau kita ingin jadi pemain global untuk baterai EV, dan kita memang punya kemampuan itu, namun memang biaya investasi yang dikeluarkan per tahun itu hampir US$15,3 billion dollar," kata Toto dalam dalam webinar bersama Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI), Sabtu (20/11).

Sementara targetnya, Indonesia bisa memproduksi baterai untuk kendaraan listrik pada 2025. Dalam empat tahun ke depan, kata Toto, pihaknya bakal mulai melakukan pembangunan (mining), smelting, pabrik pengilangan (refining), hingga infrastruktur penunjang kendaraan listrik.

"Kita perlu membangun mulai dari mining, smelting, hingga sarana daur ulang (recycling), itu memerlukan waktu 4 tahun ke depan. Tapi kalau infrastruktur itu sudah dapat, tentu harga akan jadi keunggulan kita di pasar global," ujar Toto.

Dalam webinar yang sama, pengamat ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI Toto Pranoto menyinggung perihal kesiapan sarana dan prasarana untuk kendaraan listrik yang ditargetkan bakal dipasarkan 2025.

Pasalnya, menurut catatan Pranoto target menyiapkan stasiun pengisian daya (charging station) dari 6.000 unit baru tercapai 122 unit pada 2021. Di samping itu, Indonesia juga baru memiliki 13 tempat pertukaran baterai (battery swap) dari target 14.000.

"Jadi saya rasa ini perlu usaha lebih untuk mendorong sarana kendaraan listrik ini," ucap Pranoto.

Dia juga menyinggung soal kesiapan holding perusahaan pelat merah tersebut untuk melakukan transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) dalam proses pembuatan baterai kendaraan listrik di Indonesia.

"Bagaimana proses transfer knowledge sehingga kita tidak hanya jadi penonton tapi bisa mengakuisisi keahlian," ucap Pranoto.

Sebelumnya pemerintah menargetkan bisa memproduksi massal baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) pada 2025. Holding BUMN, IBC mengaku sudah menyiapkan peta jalan untuk mencapai target tersebut. [cnni]

Berita Lainnya

Index