Riset Bloomberg: 10 Tahun Untuk Vaksin Penduduk Indonesia

Riset Bloomberg: 10 Tahun Untuk Vaksin Penduduk Indonesia
Foto Ilustrasi

Metroterkini.com - Indonesia diprediksi membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun untuk bisa menuntaskan program vaksinasi virus corona penyebab Covid-19 pada 75 persen populasi penduduk. Proyeksi ini melebihi rata-rata dunia selama tujuh tahun untuk bisa menyelesaikan vaksinasi.

Hal tersebut ditemukan dalam riset teranyar Bloomberg. Berdasarkan riset tersebut, Indonesia membutuhkan waktu 10 tahun lebih karena hingga saat ini baru tersedia 60.433 dosis vaksin. Sementara jumlah kasus infeksi mencapai 1,13 juta dengan jumlah kematian mencapai 31,2 ribu orang.

Namun pemerintah telah mendapat komitmen pengadaan vaksin Covid-19 hingga 290 juta dosis yang cukup digunakan sampai akhir 2021. 

Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo saat membuka rapat terbatas tentang penanganan Covid-19 di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (24/8/2020). 

"Tadi saya dapat laporan dari Bu Menlu, Pak Menteri BUMN, sampai akhir 2021 kita sudah kurang lebih mendapatkan komitmen 290 juta (dosis vaksin). Sebuah jumlah yang sangat besar sekali," kata Jokowi. 

Ia mengklaim Indonesia menjadi negara yang paling siap dalam menyediakan vaksin untuk warganya di ASEAN.

Melansir The Strait Times, ketiga negara mencatatkan proyeksi masa vaksinasi yang lebih lama dari rata-rata dunia. Proyeksi vaksinasi global rata-rata membutuhkan waktu tujuh tahun karena jumlah vaksinasi mencapai 4,54 juta dosis di seluruh penjuru dunia pada saat ini. Sedangkan jumlah kasus covid-19 sudah tembus 104,86 juta dengan kematian mencapai 2,28 juta orang.

Menurut riset tersebut, vaksinasi akan lebih cepat di negara-negara maju, misalnya seperti negara-negara di belahan barat yang memiliki anggaran dana lebih besar, namun dengan populasi yang lebih sedikit.

Hal ini berbeda dengan negara-negara timur yang anggarannya cenderung lebih terbatas dengan jumlah populasi besar, misalnya China dan India.

Bila dirunut dari berbagai negara di dunia, riset Bloomberg memperkirakan Israel akan menjadi negara yang paling cepat menuntaskan vaksinasi kepada 75 persen populasi penduduknya, yaitu dua bulan saja. Sebab, jumlah vaksinasi saat ini sudah mencapai 135,77 ribu dosis dengan kasus terjangkit 679,14 ribu orang dan angka kematian 5.019 kasus.

Prediksi yang sama juga diberikan pada Uni Emirat Arab (UEA), di mana jumlah vaksin sudah mencapai 140,1 ribu dosis dengan kasus terjangkit 320,12 ribu orang dan kematian 902 kasus. Sedangkan Inggris perlu waktu enam bulan, Amerika Serikat 11 bulan, Perancis 3,8 tahun, Brasil 3,9 tahun, dan China 5,5 tahun.

Mengomentari hasil proyeksi, Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara Kementerian Keuangan Kunta Wibawa Dasa Nugraha menilai bahwa riset tersebut sejatinya masih belum pasti. Sebab, dinamika karena pandemi masih terus berubah dari waktu ke waktu.

"Ini ketidakpastiannya tinggi. Tapi tidak berarti kalau vaksin butuh 10 tahun lagi, terus kita tidak bisa apa-apa. Intinya, vaksin akan terjadi terus," ujar Kunta.

Bahkan, menurutnya, sekalipun vaksinasi selesai sesuai target pemerintah pada kuartal I 2022 kepada 181 juta penduduk atau 75 persen populasi Indonesia, bukan tidak mungkin vaksinasi akan berlanjut lagi di kuartal II 2022.

"Kuartal II 2022 itu masih akan kita vaksinasi lagi, kebutuhan dana vaksin akan ada terus, ini yang sedang kami pikirkan, diskusikan seperti apa ke depan. Kita jangan khawatir bahwa orang akan vaksin terus, yang penting bisa lakukan perubahan tadi," katanya.

Untuk menghadapi dinamika pandemi yang terus berubah, Kunta mengatakan pemerintah terus mencari sumber-sumber anggaran untuk penanganan dampaknya. Salah satunya dengan merelokasi anggaran dari pos-pos di sejumlah kementerian/lembaga ke program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021.

Saat ini, anggaran PEN 2021 pun terus naik dari hanya sekitar Rp356,5 triliun menjadi Rp627,9 triliun. Alokasinya hampir menyamai pagu anggaran PEN 2020 sebesar Rp695,2 triliun. [**]

Berita Lainnya

Index