Mutasi Virus Corona di Afsel Lebih Mengkhawatirkan

Mutasi Virus Corona di Afsel Lebih Mengkhawatirkan

Metroterkini.com - Vaksin Covid yang telah diluncurkan di Inggris, menurut para ilmuwan kemungkinan tak efektif melindungi dari mutasi virus corona Afrika Selatan. Munculnya varian baru virus corona telah dilaporkan di Inggris dan Afrika Selatan. Mutasi virus baru dari SARS-CoV-2 itu telah menyebar cepat ke sejumlah negara di dunia. 

Dilansir dari Reuters, Sabtu (9/1/2021), virus corona baru ini lebih dapat menular dengan cepat, hanya dalam waktu beberapa minggu, mutasi tersebut telah mendorong lonjakan kasus Covid-19, terutama di Inggris. Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan pada Senin lalu, bahwa saat ini pihaknya sangat khawatir terhadap varian baru corona yang teridentifikasi di Afrika Selatan. 

Mutasi ganda virus Afrika Selatan Profesor mikrobiologi seluler di University of Reading, Simon Clarke mengatakan bahwa meskipun kedua varian virus baru ini memiliki beberapa fitur baru yang sama, namun mutasi virus yang ditemukan di Afrika Selatan memiliki sejumlah mutasi tambahan yang mengkhawatirkan. 

Clarke mengatakan perubahan itu termasuk yang lebih ekstensif pada bagian penting dari virus corona yang dikenal sebagai protein spike. Protein spike adalah bagian pada virus corona yang digunakan virus untuk menginfeksi sel inang atau sel manusia. 

Diduga perubahan mutasi pada protein spike inilah yang kemungkinan membuat virus menjadi kurang mempan terhadap respons kekebalan yang dipicu oleh vaksin. 

Lawrence Young, ahli virologi dan profesor onkologi molekuler di Warwick University juga mencatat bahwa varian virus Afrika Selatan memiliki mutasi ganda protein spike. 

"Akumulasi lebih banyak mutasi spike pada varian (virus SARS-CoV-2) Afrika Selatan lebih memprihatinkan dan dapat menyebabkan virus
lolos dari perlindungan kekebalan," ungkap Young.

Ilmuwan yang juga CEO BioNTech Ugur Sahin dan John Bell, Regius Professor of Medicine di University of Oxford mengatakan bahwa saat ini mereka sedang menguji vaksin Covid-19 yang dikembangkan terhadap varian baru virus corona. Mereka juga meyakinkan akan dapat melakukan perubahan terhadap vaksin corona, jika diperlukan, hanya dalam waktu sekitar enam minggu.

Public Health England mengatakan saat ini masih belum ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin Covid tidak akan mampu melindungi dari varian virus yang bermutasi. 

Sejumlah negara kaya di dunia sudah mulai melakukan vaksinasi Covid-19 untuk melindungi penduduknya dari penyakit yang telah menewaskan lebih dari 1,8 juta orang di dunia itu. 

Hingga saat ini, ada 60 kandidat vaksin virus corona dalam uji coba, termasuk yang sudah diluncurkan dan mendapat izin penggunaan darurat, yakni
AstraZeneca dan Oxford, Pfizer dan BioNTech, Moderna, Sputnik V Rusia dan Sinopharm China. 

Para ilmuwan mengatakan, baik varian virus baru di Afrika Selatan maupun Inggris, keduanya berkaitan dengan viral load virus yang lebih tinggi. Artinya, konsentrasi partikel virus SARS-CoV-2 yang bermutasi ini menjadi lebih besar di tubuh pasien, yang kemungkinan telah berkontribusi pada peningkatan penularan. 

Oxford Bell, penasihat satuan tugas vaksin pemerintah Inggris mengatakan pada hari Minggu lalu, bahwa dia mengira vaksin akan bekerja pada varian virus corona baru di Inggris. Akan tetapi, ada tanda tanya besar, apakah vaksin Covid-19 dapat bekerja efektif terhadap varian virus Afrika Selatan? 

Sahin dari BioNTech mengatakan dalam sebuah wawancara, bahwa vaksin corona yang dikembangkan bersama ilmuwan Pfizer, menggunakan messenger RNA (mRNA) untuk menginstruksikan sistem kekebalan tubuh manusia dalam melawan virus, harus dapat melindungi dari varian virus corona Inggris. 

"Kami sedang menguji apakah vaksin Covid kami juga bisa menetralkan varian ini dan akan segera tahu lebih banyak," jelas dia. [**]
 

Berita Lainnya

Index