Metroterkini.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan tak akan menemui Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo. Pence dan Pompeo diketahui sedang melakukan kunjungan ke Turki untuk membahas perihal operasi militer Turki di Suriah.
“Saya tidak akan berbicara dengan mereka (Pence dan Pompeo). Mereka akan berbicara dengan rekan-rekan mereka. Ketika (Presiden AS Donald) Trump datang ke sini, saya akan berbicara,” kata Erdogan dalam komentar yang dibuat untuk Sky News, Rabu (16/10).
Pence sebenarnya dijadwalkan bertemu Erdogan pada Kamis (17/10). Dalam pertemuan itu, Pence akan berusaha mendesak Erdogan untuk menghentikan operasi militer Turki di Suriah.
AS diketahui telah menjatuhkan sanksi terhadap Turki sebagai respons atas operasi militernya di Suriah. Trump memutuskan menunda perundingan kesepakatan dagang senilai 100 miliar dolar AS antara negaranya dan Turki.
Trump pun menaikkan kembali tarif baja sebesar 50 persen. Menteri pertahanan, energi, dan tiga orang pejabat tinggi Turki turut dikenakan sanksi. Trump menyatakan siap menghancurkan ekonomi Turki jika melanjutkan operasi militernya di Suriah. “Saya siap sepenuhnya untuk segera menghancurkan perekonomian Turki jika pemimpin Turki melanjutkan langkah yang berbahaya dan menghancurkan ini,” ujar Trump pada Selasa lalu.
Erdogan mengaku tak mengkhawatirkan sanksi yang diterima negaranya karena menggelar operasi militer di Suriah. Sebab, dia telah bertekad menumpas kelompok teror yang selama ini mengancam keamanan negaranya, terutama di wilayah perbatasan.
“Mereka (negara-negara Barat) menekan kami untuk menghentikan operasi (militer), mengumumkan sanksi. Tujuan kami jelas. Kami tidak khawatir dengan sanksi apa pun,” ujar Erdogan.
Dia mengungkapkan selain menjatuhkan sanksi, AS turut mendesak Turki untuk mengumumkan gencatan senjata. Sebab Washington memiliki inisiatif memediasi pihak-pihak yang terlibat konflik. Namun Erdogan menolak tawaran tersebut. “Turki tidak akan duduk di meja dengan kelompok-kelompok teror,” ucapnya.
Sejak pekan lalu, Turki membombardir kota-kota di timur laut Suriah. Dalam operasi yang diberi nama “Operation Peace Spring” itu Ankara hendak menumpas pasukan Kurdi yang menguasai wilayah perbatasan antara Turki dan Suriah.
Pasukan Demokratik Suriah (SDF) adalah pihak yang menjadi target militer Turki. SDF dikenal pula sebagai Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG). Mereka mengubah namanya menjadi SDF sejak bergabung dengan militer AS dalam memerangi milisi ISIS di Suriah.
Saat bergabung dalam misi memerangi ISIS, personel SDF mendapat pelatihan dari militer AS. Mereka pun disokong dengan senjata dan peralatan militer. Tindakan AS sempat diprotes oleh Turki.
Turki memandang YPG sebagai perpanjangan dari PKK, kelompok bersenjata Kurdi yang telah melancarkan pemberontakan di Turki tenggara selama lebih dari tiga dekade. Ankara telah melabeli YPG dan PKK sebagai kelompok teroris. [rep-met]