Metroterkini.com - Demam yang ditandai dengan panas tinggi adalah gejala yang umum dialami hampir setiap orang. Saat demam sebagian besar orang pasti buru-buru minum obat untuk menurunkan suhu panas. Padahal belum tentu juga obat penurun panas itu sesuai kebutuhan dan indikasi medis yang tepat.
Bertujuan mengurangi penggunaan obat kimia, Ni Putu Diah Pradnya Septiari dan kawan-kawannya di SMAN 7 Denpasar, Bali, membuat sebuah inovasi baru. Memanfaatkan bahan baku daun dadap, daun jintan, dan bawang merah, siswi kelas 12 jurusan IPA ini menciptakan gel yang efektif turunkan panas.
Inovasi siswi SMAN 7 Denpasar ini berhasil meraih medali emas dalam ajang International Young Inventors Award (IYIA) ke-6, dan World Invention Technology Expo (WINTEX) ke-2 yang diselenggarakan Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA) selama 9-12 Oktober 2019 di Sasana Kriya, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. Karya siswa SMA ini bersaing dengan 250 inovasi lain baik dari Indonesia maupun berbagai negara.
Gel Penurun Panas
Ni Putu Diah mengatakan, ide menciptakan gel penurun panas ini berawal dari kebiasaan masyarakat di Bali menggunakan daun dadap sebagai obat kompres tradisional penurun panas secara turun temurun. Daunnya ditumbuk lalu ditempelkan di kening orang yang sedang panas tinggi. Namun, bagi sebagian orang khasiat daun dadap ini masih dianggap sebelah mata.
Di tangan Ni Putu Diah dan kawan-kawannya daun dadap sebagai obat kompres dibuat lebih praktis. Dengan sentuhan inovasi, daun dadap tidak lagi ditumbuk tetapi sudah tersedia dalam bentuk gel yang siap pakai.
Untuk meningkatkan khasiatnya, daun dadap dicampur dengan daun jintan dan bawang merah. Daun dadap dan daun jintan terbukti mengandung zat aktif flavonoid dan alkoloid yang manfaatnya menangkal radikal bebas dan menurunkan panas. Sedangkan buah bawang merah mengandung antibakteri dan bisa menyembuhkan radang. Kandungan senyawa ini sudah melalui penelitian di kampus Udayana Bali.
Untuk menghasilkan gel penurun panas, tiga bahan baku ini terlebih dahulu diekstrak. Ekstrak ini dicampur dengan perbandingan komposisi 4-2-1. Setelah itu didiamkan selama tiga hari lalu disaring. Untuk menghasilkan gel, sebanyak 50 ml air dipanaskan bersama gliserin sebagai pelembab dan gelatin untuk mengentalkan.
"Ekstrak bahan baku dimasukkan dalam campuran gel tersebut kemudian didiamkan selama satu hari, lalu jadilah gel yang siap dikemas,” kata Ni Putu.
Gel penurun panas ini diberi nama EVAPA yang diambil dari nama ilmiah ketiga bahan baku, yaitu eritrinaf variagata (daun dadap), pectranthus amboinicus (daun jintan), dan allium cepa (bawang merah). Gel penurun panas ini untuk pemakaian di luar. Untuk menurunkan panas, gel ini cukup dikeluarkan dari kemasan lalu ditempelkan ke kening. Pemakaian minimal selama 1 jam efektif menurunkan 40 persen panas badan.
Namun, EVAPA ini masih berupa produk inovator. Ni Putu berharap ini dikomersialkan, sehingga bisa dipakai secara massal oleh masyarakat. Untuk dikomersialkan, perlu uji kelayakan dari Dinas Kesehatan di Denpasar guna memastikan produk ini berkhasiat dan aman dikonsumsi. Setelah dapat izin, perlu mendapat hak paten, kemudian baru bisa diproduksi dan dipasarkan.
"Harapannya temuan ini bisa dikomersialkan sehingga bermanfaat bagi banyak orang. Ini lebih kepada pencegahan sebelum ke rumah sakit, dan mengurangi penggunaan obat kimia,” kata Ni Putu.
EVAPA adalah satu dari 250 produk inovator yang dipamerkan IYIA ke-6 dan WINTEX ke-2 yang diselenggarakan INNOPA tahun ini. Selain Indonesia, ada 15 negara yang menghadirkan produk inovasi mereka, sepertit dari Korea, Jepang, Mesir, Sri Lanka, Polandia, Arab Saudi, Kroasia, Canada, dan Amerika. Para inovator ini datang dari tingkat SMP, SMA, perguruan tinggi dan perusahaan.
Presiden INNOPA, Eerricha Insan Pratisi, mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk apresiasi terhadap para inovator yang telah menciptakan produk inovasi baik di bidang teknologi, sains, kesehatan, pertanian, pendidikan, dan bidang lainnya.
"INNOPA sebagai asosiasi promosi inovasi di Indonesia tentu mendukung penuh para inovator untuk memperkenalkan hasil penemuan mereka kepada dunia melalui pameran dan kompetensi yang kami gelar setiap tahunnya,” kata Eericha. [bsc-mer]