Akibat Kabut Asap, Malaysia Kembali Tutup Sekolah

Akibat Kabut Asap, Malaysia Kembali Tutup Sekolah

Metroterkini.com - Kabut asap pekat akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang menghampiri Negara Bagian Johor, Malaysia membuat pemerintah setempat bergerak cepat. Mereka lantas memutuskan menutup ratusan sekolah dan taman kanak-kanak karena indeks polusi (API) memperlihatkan kondisi udara setempat semakin tidak sehat.

"Berdasarkan pembacaan data API yang memperlihatkan kandungan polutan semakin bertambah, maka kami meniadakan kegiatan belajar mengajar pada hari ini," kata Direktur Departemen Pendidikan Negara Bagian Johor, Azman Adnan, seperti dilansir asiaone, Minggu (15/9).

Adnan menyatakan keputusan itu diambil berdasarkan panduan Rencana Aksi Kabut Asap Nasional, setelah berdiskusi dengan Badan Lingkungan setempat. Meski para pelajar diliburkan, tetapi guru dan staf sekolah diminta tetap masuk dan bekerja sesuai dengan aturan darurat yang sudah ditetapkan.

Adnan menyatakan keputusan meliburkan para pelajar dilakukan setelah tingkat polusi (API) mencapai 220.

"Seluruh orang tua dilarang mengantar anaknya ke sekolah sementara waktu," ujar Adnan.

Penerbangan Terganggu

Kabur asap yang menghampiri Malaysia juga menyebabkan kegiatan penerbangan terganggu. Tercatat sekitar lebih dari seribu penumpang terpaksa terkatung-katung di Bandara Sultan Azlan Shah (LTSAS), Ipoh, Negara Bagian Perak karena pesawat mereka tidak bisa lepas landas akibat jarak pandang yang minim.

Menurut Manajer LTSAS, Mohd Ali Osman, akibat gangguan kabut asap ada lima penerbangan dan 1,104 penumpang yang perjalanannya terhambat.

"Penerbangan dari Johor Bahru dan Singapura menuju Ipoh dialihkan pendaratannya ke Subang dan Bandara Internasional Kuala Lumpur. Maskapai juga menyediakan transportasi darat menuju Ipoh," ujar Osman.

Osman menyatakan akibat kabut asap pekat membuat jarak pandang hanya mencapai 2,5 kilometer. Selain itu, kabut asap juga menyulitkan para nelayan yang hendak melaut.

"Kalau kabut, tangkapan kami menurun. Jadi kebanyakan nelayan memilih istirahat berharap semoga situasi kembali normal," ujar seorang nelayan, Faizul Sofian (42).

Pemerintah Malaysia sampai saat ini berusaha melakukan rekayasa cuaca dengan hujan buatan. Menurut data Kementerian Lingkungan, kabut asap itu berasal dari titik api di Sumatera dan Kalimantan, yang kemudian terbawa angin menuju semenanjung Malaysia dan Negara Bagian Sarawak. [cnn-mer]
 

Berita Lainnya

Index