Metroterkini.com - Untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla), pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan melakukan pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) bersama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dengan membuat hujan buatan. Hal ini merupakan upaya pengendalian karhutla di Provinsi Riau, setelah kebakaran yang terjadi di Kepulauan Meranti dan Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, serta di Dumai beberapa waktu yang lalu.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL) KLHK, Raffles B. Panjaitan, menyampaikan, salah satu penyebab karhutla adalah cuaca, terutama faktor panas. Walau demikian, pemerintah tetap berupaya meminimalisir bencana.
"KLHK bersama TNI, Polri, masyarakat, dan pihak swasta telah berupaya melakukan pemadaman di lapangan, namun cuaca yang cukup panas menjadi salah satu pemicu karhutla," tuturnya, saat menghadiri peluncuran kerja sama dua lembaga ini di Lanud Roesmin Noerjadin, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Senin (4/3/2019).
Pada kesempatan yang sama, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan, karhutla di Indonesia diprediksi akan terjadi akibat sebab lainnya. Indonesia akan mengalami El Nino lemah, yang dimulai pada Juni 2019.
"El Nino yang terjadi memang tergolong lemah, namun kejadian ini berlangsung cukup lama, yaitu sampai September 2019," ujarnya dilansir suara.
Menurutnya, pelaksanaan TMC akan dimulai pada Maret-bulan Mei. Momen ini merupakan waktu yang tepat untuk pembasahan lahan gambut dan banyak jumlah awan yang bisa disemai.
Selain Kepala BPPT, turut hadir dalam kegiatan ini, Kepala BNPB, Gubernur Riau, Asisten Operasi Mabes Polri, Asisten Operasi Mabes TNI, Rektor Universitas Riau, dan Deputi I BRG.
Adapun perbandingan total Jumlah hotspot pada 2018 dan 2019, yaitu 1 Januari-4 Maret, berdasarkan satelit NOAA terdapat 160 titik. Pada periode yang sama 2018, jumlah hotspot sebanyak 276 titik, yang berarti terdapat penurunan jumlah hotspot sebanyak 110 titik atau 42,02 persen. [**sra]