Metroterkini.com - LAPAN menyebutkan kalau N219 Nurtanio dirancang khusus untuk menjelajahi pulau-pulau di Indonesia. Keunggulannya, ia tidak memerlukan landasan yang terlalu panjang untuk terbang maupun mendarat. Hal ini disampaikan Thomas Djamaluddin, Kepala LAPAN.
"Pertama pesawat ini memang dirancang khusus untuk daerah terpencil seperti Papua. Dia hanya memerlukan landasan pendek, sekitar 500 meter. Kemudian dia bisa bermanuver dengan kecepatan rendah. Untuk bermanuver di antara bukit-bukit akan lincah terbang,” ungkap Djamal ketika ditemui usai usi coba pesawat di Landu Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Jumat (10/11).
Dengan bodinya yang kecil, pesawat ini disebut Djamal punya kapasitas besar. Dia mampu membawa beban hingga 2,3 ton. Ditambah lagi, ruangan di dalam kabin juga dibuat lebih tinggi.
"Dari segi muatannya dia kuat mengangkut 2,3 ton yang sudah unggul di kelasnya. Kemudian, di dalamnya punya ketinggian 1,7cm jadi untuk orang Indonesia kebanyakan tidak harus menunduk. Kalau pesawat lain yang sejenis masih harus menunduk,” terang dia.
Nurtanio membawa dua mesin yang membuatnya memiliki bobot 7.030 kg dan mampu menempuh kecepatan pesawat purwarupa hingga 80 km/jam.
Dia mampu menjelajah 600-700 km, sehingga cocok untuk menghubungkan antarkota di wilayah terpencil seperti Papua.
Lebih lanjut, pesawat ini bisa difungsikan sebagai pesawat pengangkut barang dan penumpang. Hanya sekitar 19 penumpang dalam sekali penerbangan.
Pesawat N219 Nurtanio baru uji terbang delapan kali dengan total durasi penerbangan 8,5 jam. Untuk mendapatkan sertifikasi pesawat komersial, diperlukan waktu terbang hingga 350 jam.
Program pesawat ini menjadi titik kembalinya LAPAN ke dunia penerbangan setelah hiatus sejak program XT-400 (pesawat I LAPAN) terakhir dilakukan 40 tahun lalu.
Program ini sekaligus menjadi bukti pelaksanaan UU Nomor 1 Tahun 2009 dan Perpres 28 tahun 2008 terkait pengembangan produk penerbangan perintis gang mengamanatkan LAPAN sebagai pembinanya. [cnn]