Metroterkini.com - Kalangan arkeolog memperkirakan permukiman kuno Islam Kao di Halmahera Utara, Maluku Utara, telah berkembang sejak abad ke-16. Teori ini seiring temuan keramik Tiongkok dari zaman Dinasti Ming saat ekskavasi situs tersebut oleh Balai Arkeologi Ambon pada Maret 2016.
Dari hasil penelitian sebelumnya diperoleh sejumlah artefak, terutama keramik asing yang dapat menjelaskan kronologi relatif situs. Keramik jenis Ming jika dihubungkan dengan cerita tutur terdapat kesesuaian informasi bahwa situs negeri lama Kao adalah situs hunian yang berkembang sejak abad 16 Masehi.
"Keramik asing adalah temuan artefaktual yang juga banyak ditemukan setelah gerabah. Temuan ini selain tersebar di permukaan, ada juga di bawah tanah," kata Wuri Handoko dari Balai Arkeologi Ambon, dilansir Antara, Kamis (30/6/16).
Data arkeologi melalui sebaran data artefaktual, terutama keramik asing, dapat menjadi bahan untuk mengidentifikasi dan mengkonfirmasi intensitas penggunaan perkakas keramik asing sebagai peralatan rumah tangga sehari-hari. Selain itu, juga menyangkut pertukaran komoditas perkembangan permukiman di wilayah itu.
"Berdasarkan kronologinya, keramik yang ditemukan bukan hanya dari Dinasti Ming, tetapi juga Dinasti Qin abad 18 Masehi, keramik Eropa, bahkan Batavian Ware yang berasal dari abad ke-20," kata Wuri.
Salah satu sumber sejarah yang ditulis oleh R.Z. Leirissa pada 1990 menyebutkan terdapat empat distrik yang penting di Halmahera Utara pada abad 16 Masehi. Pada abad 19 Masehi berkembang menjadi sembilan distrik, yakni Galela, Tobelo, Kao, Loloda, Gamkonora, Tolofuo, Tobaru, Sahu, dan Jailolo.
Dengan demikian, Kao sudah menjadi bagian kekuasaan Ternate sejak abad 16, sesuai dengan informasi masyarakat setempat yang menyebutkan bahwa permukiman kuno Islam di bantaran Air Kalak berkembang sejak abad itu.
Berdasarkan tuturan masyarakat setempat, pada 1904 penduduk Kao lama pindah ke permukiman di pesisir pantai yang sebelah utara dengan berbatasan dengan Kecamatan Kao Utara. Sebelah selatan dengan Kecamatan Malifut, sebelah timur dengan Teluk Kao, dan sebelah barat dengan Kecamatan Kao Barat.
Wuri menambahkan, intensitas perdagangan dan mobilitas penduduk, melalui jalur sungai menuju pantai, dapat menggambarkan bahwa pemukiman di wilayah tersebut sudah demikian padat.
Selain itu, banyaknya temuan sebaran makam-makam kuno Islam di sana dapat memberikan keterangan tentang dinamika perkembangan demografi wilayah itu. Ini menggambarkan bahwa situs Kampung Tua Kao merupakan situs permukiman yang cukup padat pada masa itu. [**]