Anti-Islam di AS Meningkat, Wanita Muslim Berlatih Bela Diri

Anti-Islam di AS Meningkat, Wanita Muslim Berlatih Bela Diri

Metroterkini.com -  Retorika anti-Islam meningkat di Amerika Serikat (AS). Sebagai langkah antisipasi, karena merasa diri lebih rentan,  perempuan Muslim mulai bejalar bela diri.

Satu kelompok perempuan berjilbab, beranggotakan 20 orang,  telah memulai berlatih untuk menelamatkan diri pada saat-saat terdesak atau terancam.  Misalnya, mereka melatih berteriak, menangis, menendang, dan meninju lebih keras dari biasanya.

Nada-nada anti-Islam itu mulai menguat setelah bakal calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, menyatakan secara tegas dan terbuka di arena kampanye, Desember lalu. Saat itu, Trump melarang umat Islam masuk ke AS.

Sikap Trump tidak berubah. Dalam satu wawancara dengan CNN, beberapa hari lalu, ia juga menegaskan, “Umat Islam membenci kita!”.  Banyak warga AS juga mengecam sikap Trump itu.

Kaum perempuan Muslim, seperti dilaporkan Reuters pada Sabtu (12/3/16),  mulai tekun berlatih yang  didampingi instruktur khusus bela diri. Setidaknya sudah ada 20 perempuan Muslim di New York sedang  mengikuti pelatihan itu.

Mereka mencermati secara saksama  apa yang dilakukan seorang instruktur saat mencontohkan cara meninju dengan benar,  Jumat lalu. 

 "Kiai!" teriak Rana Abdelhamid, perempuan berdarah AS-Mesir dengan sabuk hitam karate shotokan saat ia menunjukkan cara mendaratkan pululan pada sasaran.

Para perempuan itu sedang risau akibat meningkatnya retorika anti Muslim di AS. “Saya berjuang – Kiai! Saya ingin kalian berteriak sekeras-kerasnya,” kata  Abdelhamid, aktivis hak asasi manusia (HAM) Muslim dan penduduk asli Queens, New York, kepada kelompok itu.

Para wanita mengikuti latihannya,  termasuk bagaimana menangis lebih keras dari orang lain dan biasanya. Pelatihan ini diprakarsai Abdelhamid khusus bagi kaum perempuan Muslim AS.

Latihan serupa mulai marak di seluruh AS setelah retorika anti-Islam itu menguat. "Anda bisa diserang di setiap kesempatan," kata Abdelhamid.

Salah satu perempuan yang mengikuti pelatihan itu, Kristin Garrity Sekerci, seorang warga AS dan baru saja berpindah memeluk Islam (mualaf). Ia mengatakan, ia ingin bisa membela diri jika diserang orang yang berbeda pandangan dan keyakinan dari dia.

Kelompok advokasi Muslim seperti Council on American-Islamic Relations (CAIR) mengatakan,  anti-Islam di AS telah naik tiga kali lipat sejak serangan militan di Paris, Perancis, November lalu. Juga setelah penembakan oleh ekstrimis di San Bernardino, California, sebulan kemudian. [**cnn]

Berita Lainnya

Index