Metroterkini.com - Ketegangan antara Arab Saudi dan Iran memuncak ketika Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran. Namun pada Senin (4/1/16), Saudi mengatakan bahwa mereka akan memulihkan hubungan diplomatik jika Iran berhenti mencampuri urusan negara lain.
"Sangat sederhana. Iran harus berhenti ikut campur dalam urusan internal negara lain, termasuk kami," ujar Duta Besar Saudi untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Abdallah Al-Mouallimi, saat ditanya kapan hubungan diplomatik dengan Iran akan pulih.
Menurut Al-Mouallimi, hal tersebut tidak mustahil karena Saudi bukanlah musuh bebuyutan Iran.
"Jika mereka melakukan itu, kami tentu akan memiliki hubungan yang normal dengan Iran. Kami bukan musuh bebuyutan Iran," katanya.
Ketegangan tali hubungan diplomatik ini memang bermula ketika Saudi mengeksekusi mati seorang ulama Syiah, Nimr al-Nimr, bersama 46 terpidana kasus terorisme lainnya pada Sabtu (2/1).
Nimr merupakan salah satu kritikus dari kelompok Syiah yang paling vokal memperjuangkan kesetaraan Syiah dengan Sunni di Saudi. Nimr dianggap teroris oleh Riyadh, tapi dipuji Iran sebagai pemerhati hak-hak kelompok Syiah yang minoritas dan terpinggirkan di Saudi.
Gelombang protes pun tak dapat dibendung lagi di Iran. Puncaknya, para demonstran yang awalnya melakukan aksi damai di depan Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran mulai mencoba merangsek masuk gedung, menghancurkan furnitur dan memantik api, sebelum dihentikan oleh polisi.
Saudi pun memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Menteri Luar Negeri Saudi, Adel al-Jubeir, bahkan melontarkan ancaman lebih jauh. [CNN]