Keamanan dan Sengketa Wilayah Bayangi Delegasi APEC

Keamanan dan Sengketa Wilayah Bayangi Delegasi APEC

Metroterkini.com - Ketegangan regional terkait Laut Cina Selatan dan kekhawatiran akan keamanan setelah serangan oleh militan di Paris bisa menutupi upaya para pemimpin Pasifik mendorong perdagangan dan pertumbuhan ekonomi di wilayah berpenduduk sekitar tiga miliar orang ini. 

Ketidakpastian pasar, tekanan dari kubu yang berhaluan menutup diri dan perlunya reformasi yang sulit dilakukan di tengah perlambatan ekonomi sedianya akan menjadi pusat perhatian sekitar 20 pemimpin negara yang menghadiri pertemuan Kerjasama ekonomi Asia Pasifik, APEC, di Manila dilansir Cnn. 

Namun, setelah serangan di Paris, Filipina berada dalam keadaan waspada penuh dengan meningkatkan keamanan di Manila untuk memastikan keamanan ribuan anggota delegasi ke APEC. 

Lalu lintas di kota berpenduduk 12 juta itu menjadi kacau pada Senin (16/11) karena polisi menutup banyak jalan menuju tempat pertemuan para menteri yang mengadakan perundingan awal sebelum pertemuan puncak pada tanggal 18 dan 19 November. 

Para pejabat Filipina mengatakan tidak ada informasi intelijen akan ada serangan terhadap pertemuan APEC di Manila yang akan dihadiri oleh Presiden AS Barack Obama, Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Shinzo Abe ini. 

Namun pihak keamanan mengerahkan sekitar 30 ribu polisi dan tentara untuk menjaga acara besar tersebut. 

“Tidak ada ancaman kredibel, saya pastikan itu,” kata Wilben Mayor, juru bicara kepolisian nasional Filipina, Senin (16/11). 

“Tetapi secara umum, kami meningkatkan operasi intelijen dan memperkuat keamanan.”

Obama dan para pemimpin dunia akan tiba di Manila mulai Selasa (17/11), kebanyakan langsung dari pertemuan pemimpin G20 di Turki. Agenda pertemuan di Turki ini pun dibayangi dengan serangan di Paris. 

“Biasanya G20 adalah forum untuk membicarakan masalah ekonomi yang dihadapi dunia…(tetapi) awan menjadi mendung karena serangan mematikan yang terjadi di Paris,” kata Obama dalam pernyataan tertulis yang dikeluarkan pada Minggu (15/11). 

Bahkan sebelum serangan di Paris yang terjadi pada Jumat (13/11) ini pun, sudah muncul kekhawatiran bahwa agenda APEC untuk memperkuat integrasi ekonomi akan dibayangi masalah lain seperti pertikaian di Laut Cina Selatan. 

Filipina bertekad untuk menjadi “tuan rumah yang baik” dengan tidak memasukkan masalah yang memicu ketegangan antara China dan Amerika Serikat dalam beberapa minggu terakhir ini, ke dalam agenda pertemuan. Tetapi tuan murah mengatakan masalah itu bisa muncul dalam pertemuan para pemimpin. 

“Kami tidak bisa mengendalikan masalah yang akan dikemukakan para pemimpin dalam pertemuan para pemimpin,” kata Charles Jose, juru bicara kementerian luar negeri Filipina. Pesan ini juga disampaikan oleh menteri luar negeri Filipina kepada mitranya dari China. 

“Yang terjadi di Laut Cina Selatan saat ini menyebabkan ketidakstabilan dan mengancam perdamaian dan stabilitas yang bisa berdampak pada permbangunan dan kemakmuran ekonomi negara-negara di wilayah,” tambahnya. 

Perundingan Lain

Beijing, yang mengklaim hampir seluruh wilayah Laut Cina Selatan yang kaya energi dan menjadi rute kapal perdagangan bernilai US$5 triliun per tahun, melakukan reklamasi pulau dan pembangunan di pulau dan pulau karang yang diperebutkan. 

Vietnam, Filipina, Taiwan, Malaysia dan Brunei terlibat perebutan wilayah laut itu dengan China. 

Pihak berwenang Filipina mengerahkan 30 ribu tentara dan polisi untuk menjaga keamanan KTT APEC di Manila.Seminggu sebelum pertemuan APEC, satu pesawat pengebom B-52 milik AS terbang di dekat pulau buatan milik China yang mengisyaratkan tekad Washington menantang Beijing dalam pertikaian di Laut China Selatan. 

Duta Besar AS untuk Filipina mengatakan, Obama kemungkinan besar membicarakan pertikaian di Laut China Selatan dan hubungan militer dengan Presiden Filipina Benigno Aquino di sela-sela pertemuan APEC. 

Benigno Aquino dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe juga dijadwalkan menyetujui kesepakatan yang akan membuka jalan bagi Tokyo untuk memasok Filipina dengan peralatan militer besar. Kemungkinan besar alat itu termasuk pesawat yang bisa dikerahkan untuk berpatroli di Laut Cina Selatan. 

Kesepakatan ini menjadi yang pertama bagi Jepang untuk secara langsung memberi peralatan militer ne negara lain. 

Manila dan Hanoi akan menandatangani kemitraan strategis yang mengatur kerja sama angkatan laut kedua negara. 

Perkembangan ini bisa membuat China marah, yang minggu lalu mengatakan upaya perbaikan hubungan bilateral tergantung pada Filipina. 

Beijing berkeras untuk mempergunakan jalur bilateral dalam mengatasi perselisihan wilayah itu. 

Kekhawatiran Perdagangan

Pertemuan APEC ini akan menjadi ajang pertama bagi Perdana Menteri baru Kanada Justin Trudeau. 

Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Joko Widodo tidak akan hadir dalam pertemuan ini dengan alasan masalah di dalam negeri. 

Pertemuan ini akan menjadi ajang bagi pemimping 12 anggota Kemitraan Trans Pasifik atau TPP bertemu untuk pertama kali sejak menandatangani kesepakatan untuk menghilangkan halangan perdagangan dan menerapkan perdagangan bebas. 

Jalan-jalan di Manila yang menuju ke tempat pertemuan dikosongkan untuk mencegah kemungkinan serangan kelompok militan. APEC, yang menghasilkan sekitar 60 persen produk global dan hampir setengah dari perdagangan dunia, bertujuan menciptakan satu wilayah perdagangan bebas yang lebih luas bagi 21 negaranya pada 2025. Tetapi kemunculan kembali negara-negara yang mendukung proteksionisme di tengah perlambatan ekonomi bisa menjadi penghalang. 

“Pertumbuhan perdagangan yang lesu memberatkan negara-negara Asia-Pasifik, setelah terjadi pertumbuhan tinggi selama seperempat abad yang memicu pembangunan wilayah dan mengubahnya menjadi satu mesin perekonomian global,” bunyi pernyataan dari Sekretariat APEC pada Minggu (15/11). [Cnn]

Berita Lainnya

Index