Metroterkini.com - Dewan Keamanan PBB akan menggelar rapat khusus seputar kekerasan antara Israel dan warga Palestina dua pekan ini, yang sedikitnya telah menewaskan 39 orang.
Menurut keterangan PBB pada Kamis (15/10), rapat yang diprakarsai Yordania itu bakal digelar pada Jumat (16/10) dan turut menyertakan arahan dari Sekretariat PBB.
Para diplomat yang hadir secara anonim pada pertemuan itu mengatakan belum merencanakan resolusi apapun, tetapi mungkin akan ada desakan agar dewan mengeluarkan pernyataan untuk menghentikan kekerasan kedua sisi.
"Segala pilihan ada di perundingan," ujar seorang diplomat, dilansir dari Reuters.
Sebanyak 32 warga Palestina dan tujuh warga Israel menjadi korban dalam pertumpahan darah selama dua pekan terakhir. Menurut kepolisian, di antara para korban dari pihak Palestina, terdapat 10 penyerang berpisau, anak-anak dan demonstran yang kena tembak dalam aksi protes berdarah.
Kerusuhan terburuk dalam sekian tahun itu dipicu oleh kegeraman warga Palestina atas semakin banyak pelanggaran yang dilakukan oleh umat Yahudi di komplesk Masjid al-Aqsa, Yerusalem. Bagi warga Yahudi, situs ini juga dianggap suci.
Juru bicara PBB, Stephanie Dujarric mengatakan pada Selasa (13/10) lalu bahwa Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon berpendapat "penggunaan senjata yang berlebihan oleh pasukan keamanan Israel mengundang masalah dan tinjauan serius, karena hanya memperuncing situasi dan menimbulkan lingkaran setan pertumpahan darah yang tidak perlu."
Amerika Serikat, sekutu lama dan pelindung Israel di DK PBB, selalu menolak keras pernyataan dewan yang mengutuk perbuatan Israel terhadap Palestina, meskipun bila dewan mengkritik keduanya.
Sebelum menggelar rapat khusus, DK PBB mnentukan sejumlah negara sebagai anggota baru, yaitu Mesir, Jepang, Senegal, Ukraina, dan Uruguay. Sejumlah negara ini terpilih dalam pemungutan suara pada Sidang Umum, Kamis (15/10).
Kelima negara tersebut maju untuk kursi nonpermanen usai diajukan oleh grup regional masing-masing, tetapi mereka masih harus mengumpulkan dua pertiga suara lagi.
Kelimanya akan mulai bertugas pada 1 Januari 2016 hingga dua tahun mendatang, menggantikan Chad, Chile, Yordania, Lithuania, dan Nigeria. Mereka bakal bergabung dengan lima anggota dewan nonpermanen lainnya, yakni Angola, Malaysia, Selandia Baru, Spanyol, serta Venezuela. [**cnn]