Metroterkini.com - Lampion dan aksesoris bangunan itu bergelantungan di depan pintu masuk gedung. Seperti bangunan khas Tionghoa, warna keemasan begitu dominan mengisi setiap bagian dari seluruh bangunan. Di ruangan depan juga mirip ruangan tamu itu terpampang foto Khouw Kim An. Dia adalah orang Tionghoa berpangkat Mayor yang dulunya merupakan pemilik gedung tersebut. Khouw merupakan pendiri Tiong Hwa Hwe Kwan Jakarta tahun 1900, juga pemimpin masyarakat Cina di Batavia kala itu.
Menurut sejarawan Jakarta, Alwi Shahab, gedung yang kini masuk cagar budaya Provinsi DKI Jakarta itu merupakan bekas peninggalan perkumpulan Sing Ming Hui, sebuah perkumpulan yang kini berganti nama menjadi Perkumpulan Sosial Chandranaya. Cerita soal keberadaan gedung itu memang tak lepas dari sejarah keberadaannya. Meski kini terletak di tengah gedung-gedung beton nan mewah, namun gedung itu memiliki kisah dan sejarah tersendiri dalam peta kawasan Kota tua Jakarta.
Dulu gedung tersebut merupakan kediaman mewah nan megah di jamannya dan terdiri dari 100 kamar yang dihuni oleh Mayor Khouw Kim An. Mayor Khow mendapat jabatan khusus dari pemerintah Hindia Belanda. Bekas pemimpin orang-orang Cina itu meninggal bulan Februari tahun 1945 setelah ditawan di kamp oleh tentara Jepang. Sebelum menempati gedung itu, Mayor Khouw tinggal di daerah Bogor.
Dia merupakan pengusaha sekaligus pemegang saham di Bataviaasche Bank. Sebuah Bank yang memiliki peran penting pada masa Pemerintahan Hindia Belanda. "Dulu rumah itu juga disebut Rumah Mayor. Karena pemiliknya berpangkat Mayor, " ujar Alwi Shahab melalui sambungan seluler, semalam.
Gedung itu kata Alwi Shahab merupakan warisan dari Khouw Tjeng Toan, ayah Mayor Khouw Kim An. Ayah Mayor Khouw memang dikenal tajir pada masa itu. Dia memiliki hektaran sawah mulai dari Jakarta hingga Cikampek. Saking banyaknya fulus, puluhan rumah juga diwarisi Mayor Khouw di Jalan Gajah Mada.
Seperti pengusaha Cina sukses di Indonesia, nenek moyang Mayor Khouw diperkirakan merantau ke Jakarta sekitar abad 18. Mereka datang ke kampung-kampung hingga masuk ke Batavia untuk mencari peruntungan. Sama seperti konglomerat-konglomerat Cina di Indonesia, sejarah kesuksesan Khouw juga demikian.
Menurut Abah Alwi, begitu Alwi Shahab di kenal, keberadaan 100 kamar milik keluarga Mayor Khouw di Jalan Gajah Mada No.188 yang kini juga menjadi alamat Novotel memiliki sejarah cerita tersendiri. Seperti dikutip dari hasil penelitian Universitas Taruma Negara, Keluarga Khouw memiliki 14 orang istri. Istri-Istri tersebut yang kemudian berserta anak-anaknya berikut pelayannya menghuni kamar-kamar itu.
"Mungkin gundik-gundiknya, "tutur Alwi Shahab.
Rumah Mayor Khouw dulunya memang merupakan kediaman mewah di sepanjang Kali Ciliwung. Rumah itu menghadap ke kali lantaran menjadi jalur transportasi utama menuju Pelabuhan Sunda Kelapa. Kebanyakan orang-orang yang memiliki rumah sejajar dengan keluarga Khouw memiliki perahu untuk moda trasnportasi.
Commercial Area Departement Head PT Modernland Realty mengatakan jika Rumah Mayor yang dikenal sebagai kantor Pusat Perkumpulan Sing Ming Hui juga dulunya meliputi gedung Arsip Nasional di Jalan Gajah Mada No 111 dan bekas kantor Kedutaan Besar Cina di Jalan Gajah Mada No 211, Glodok, Jakarta Barat. "Selain gedung Chandranaya, dulunya bekas Kantor Kedubes Cina dan Gedung Arsip Nasional juga sama, " kata Vivi Chai saat di temui di kantornya beberapa waktu lalu. Namun Vivi memang tak mengetahui secara jelas soal sejarah Gedung Chandranaya. "Kita sampai saat ini memang tidak merubah gedung Chandranaya karena gedung itu masuk cagar budaya, " ujarnya.[merdeka]