Tiang Alif, Rekaman Jejak Peradaban Islam di Maluku

Tiang Alif, Rekaman Jejak Peradaban Islam di Maluku

Metroterkini.com - Bukan hanya di pulau Jawa, Islam juga berkembang di Maluku. Banyak sekali sejarah dan budaya yang bisa digali mengenai perkembangan Islam di sini, salah satunya tiang alif. Seperti apa kisahnya?

Berbicara tentang peradaban Islam di Indonesia, tidak terlepas dari perkembangan Islam di Maluku yang merupakan wilayah tertua di Indonesia. Maluku berasal dari kata Al-Mulk yang memiliki arti "kerajaan" mewarisi nilai-nilai Islam yang tinggi peninggalan para leluhur di zaman penjajahan Belanda dan Portugis.

Peradaban Islam Maluku secara historiografi datang dari Timur Tengah dan melintasi ruang, waktu dan ditempa berbagai budaya yang membentuk karakter baru. Perbaharuan ini kemudian berakulturasi dengan kearifan budaya lokal sehingga lahirlah peradaban Islam Maluku.

Warisan tersebut dapat kita lihat secara nyata dengan masjid-masjid yang masih tegak berdiri sampai saat ini walau usianya tidak sedikit. Masjid bersejarah yaitu Masjid Agung Annur yang dibangun abad 16 terletak di Jalan Sultan Hasanudin, Desa Batu Merah, Ambon. Serta, Masjid Tua Wapauwe di Desa Hila Kaitetu yang didirikan di tahun 1414. Mengarah ke utara kita bisa menjumpai Masjid Kesultanan Kie Raha (Ternate dan Tidore).

Masjid Tua Wapauwe berbentuk unik dengan konstruksi masjid dirancang tanpa menggunakan paku. Menara Kubah terbuat dari kayu yang berbentuk silindris dengan alur-alur yang penuh makna simbolik. Imam di Masjid tersebut adalah Imam Rijali. Mulanya Masjid ini berada di atas gunung.

Dilansir Detik,Tetapi ketika terjadi perang Wawane tahun 1682, Belanda meminta masjid ini dipindahkn ke area pantai. Sayangnya sumber daya yang ada saat itu tidak kuasa untuk melakukannya. Berkat ilmu supranatural Imam Rijali maka dalam hitungan satu malam masjid Wapauwe berpindah dengan bentuk bangunan asli tanpa kurang satu apapun.

Selain masjid sebagai bukti sejarah, ada pula peninggalan Quran di Indonesia yang ditulis tangan pada kertas yang berasal dari benua Eropa pada tahun 1550. Quran ini tersimpan rapi di sekitar masjid.

Peradaban Islam yang bersifat monumental di "Negeri-negeri Kerajaan" (Baca Maluku) yaitu tradisi ritual tiang alif (menara kubah). Masyarakat di sini tidak menyebut Merana Kubah seperti masyarakat lain, mereka memilih menyebut "Tiang Alif" yaitu tiang yang berdiri kokoh tegak di puncak kubah.

Filosofi tiang alif melambangkan nilai ketauhidan, Alif merupakan alfabetikal pertama dalam bahasa Arab. Pun saat pertama kali Al Qur'an disampaikan Allah SWT melalui malaikat Jibril kepada Rasul yaitu: "Iqra", bacalah, (Al-Quran, Surah Al Alaq) diawali dengan huruf  Alif. Di sisi lain tiang alif ini merupakan "pembeda" antara tempat peribadatan yang ada di Maluku. 

Tiang Alif diyakini adalah sebab dari segala sesuatu dan ia adalah kehormatan umat manusia dalam menjalani hidupnya. Sehingga proses pemancangan tiang di puncak kubah pun tidak sembarangan. Momen awal dari pemilihan batang pohon yang akan digunakan sebagai tiang hingga saat pemancangan harus melewati prosesi adat.

Terdengar kumandang adzan saat batang pohon siap dibawa ke kampung, selama perjalanan ke kampung iring-iringan kalimat tauhid terdengar. Para tukang yang terdiri dari kepala tukang dan asistent tukang berada di Baileo (tempat pertemuan) saat menyelesaikan misi mulia ini. Para istri merekapun dengan tulus menemani. Yang menarik selama pengerjaan tiang sakral ini ada tua-tua adat (sesepuh) yang bertugas melantunkan Jawe (tembang) yang berisi puja-pujian kepada Allah SWT.

Sehari sebelum tiang alif dipancang, menara disucikan dengan cara dimandikan dengan air yang telah dibacakan doa sebelumnya. Air tersebut biasanya menjadi rebutan warga setempat karena dipercayai membasuh muka dengan air tersebut dapat membuat wajah awet muda.

Dalam terpaan angin yang cukup kencang, para tukang mulai menyelesaikan tugas memasang tiang alif. Makna dari semua rangkaian acara ini semata-mata untuk mengagungkan dan menjunjung tinggi Asma Allah SWT pencipta Alam Semesta.[dtk]

Berita Lainnya

Index