Metroterkini.com - Laju inflasi di Sumatera Utara (Sumut) pada Juni 2022 tercatat di level 1,40 persen. Naiknya harga cabai di atas Rp 100 ribu menjadi pemicu laju inflasi itu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, dari lima kota indeks harga konsumen (IHK) di Sumut, Gunung Sitoli mencatatkan inflasi tertinggi mencapai 2,72 persen. Bahkan inflasi Gunung Sitoli itu paling tinggi di Indonesia.
Sementara itu, di posisi kedua diikuti Kota Medan yang mencapai 1,39 persen, Pematangsiantar 1,36 persen, Padangsidempuan 1,29 persen, dan Sibolga sebesar 1,12 persen.
"Angka inflasi ini cukup tinggi di atas inflasi nasional yang berada 0,61 persen. Dan inflasi di Gunung Sitoli tercatat 2,72 persen tertinggi se-Indonesia. Ini tentunya menjadi concern kita untuk melihat perkembangan inflasi atau harga di Gunung Sitoli," ungkap Kepala BPS Sumut Nurul Hasanudin, Jumat (1/7/2022).
Sementara itu, inflasi terendah dipegang oleh Pontianak sebesar 0,07 persen.
Kemudian untuk deflasi tertinggi diduduki oleh Kendari sebesar 0,61 persen dan deflasi terendah dipegang oleh Tanjung Pandan sebesar 0,03 persen.
Dikatakan Nurul, meningkatnya inflasi di Gunung Sitoli disebabkan adanya faktor distribusi barang yang terhambat.
"Kalau kita melihat series tiga bulan terakhir, memang sebenarnya mengalami inflasi yang rendah. Dan baru tercatat pada bulan Juni ini mengalami inflasi yang tinggi. Ini disebabkan karena adanya supply distribusi barang ke Gunung Sitoli yang perlu lebih intens dikuatkan," ujarnya.
Selain itu, penyumbang inflasi di Sumut juga ada faktor kenaikan harga cabai merah, angkutan udara, bawang merah, ikan dencis, cabai rawit, cabai hijau, dan telur ayam. [**]