Dina Isfandiary, Saat Berbagi Ilmu Batiknya di Siak

Jumat, 25 Maret 2022 | 14:08:09 WIB

Metroterkini.com - Menurut Dina Isfandiary batik adalah proses penerapan lilin pada kain. Batik itu berasal dari kata-kata  ombo dan titik. Ombo adalah sebuah motif yang lebar seperti gambar bunga, daun dan lain-lain, sementara titik adalah isen-isen atau isian-isian pada ornamen-ornamen tertentu seperti gambar flora dan lain-lain.

Darah batik Dina sudah mengalir dari orang tua dan nenek buyutnya. Ia menularkan ilmunya  di beberapa daerah di Indonesia dan sebagai tenaga pengajar di balai perlindungan rehabilitasi wanita pada dinas sosial Yogyakarta.

Untuk di Siak, lanjut dia, karena waktunya singkat  motif dan pewarnaan menggunakan bahan kimia yaitu rhemasol dan proses fisnishingnya dengan sistem celup. Dirinya berjanji akan membuat buku tentang batik Siak.

“Pesan saya adalah kalau membuat sesuatu yang menarik itu agar bisa di jual, sehingga kita harus melihat apa kebutuhan dan yang diminati konsumen/pasar,” ucap wanita asal Yogyakarta ini, Jumat (25/3/2022).

Hingga hari terakhir Dina selaku instruktur melihat perkembangan para peserta pelatihan. Ia bilang, ada yang desainnya bagus, dan ada yang sedang. Masing-masing memiliki ciri khas tersendiri.

“Kita bina dan kita kelompokan sesuai dengan kemampuan masing-masing, artinya semua hasil karya mereka tidak ada yang jelek. Namun bagaimana cara kita  membuat produk yang tadinya dianggap gagal menjadi sebuah karya yang banyak diminati,” sebutnya. 
   
Ia berharap para peserta pelatihan tidak berhenti atau bosan, tinggal bagaimana pihak Dekranasda menyediakan bahan-bahan untuk mereka berlatih terus dan mengembangkan potensinya.
 
Selanjutnya Ia menceritakan proses membuat batik bagi peserta pelatihan di Siak. Pertama siapkan kain putih (kain mori atau kain sutera), pensil dan kertas untuk membuat pola, canting, lilin dan pewarna rhemasol.  

Kemudian buat pola atau motif sesuai yang diinginkan pada kertas, lalu pola tadi dijiplak atau diterapkan pada kain dengan menggunakan pensil (njaplak). Setelah itu dicanting sesuai dengan pola menggunakan lilin, proses ini disebut klowong atau membuat bingkai pada pencantingan pertama.

Proses selanjutnya disebut nyolet atau memberikan warna pada motif yang dibingkai pada proses sebelumnya dengan kuas, jika menggunakan rhemasol maka fiksasinya menggunakan waterglass. Sementara kalau menggunakan indigosol maka fiksasinya memakai Hcl. Kemudian ditunggu hingga kering dengan cara diangin-anginkan. 

Selanjutnya kain tersebut di rendam dalam wadah berisi air untuk menghilangkan waterglassnya, nantinya akan muncul warna yang diinginkan. Setelah itu, warna yang muncul tadi ditutup dengan lilin. 
 
Langkah berikutnya adalah memberikan warna dasar pada kain dengan pewarna napthol, dengan cara mencelupkan kain yang sudah diproses sebelumnya. Lakukan proses ini dengan baik sehingga warna bisa merata pada seluruh kain. 

Terakhir adalah proses ngelorod yaitu proses meluruhkan atau merontokan lilin dengan merendamkannya di dalam air mendidih kemudian diangin-anginkan sampai kering.
 
Itulah lanjut Dina, mengapa kain batik tulis memiliki nilai dan harga yang lebih tinggi dibandingkan batik-batik lainnya. Proses pengerjaan satu kain batik tulis  membutuhkan kesabaran, ketekunan dan ketelitian dari masing-masing pengrajin batik. Proses pengerjaan yang panjang dan rumit biasanya membutuhkan waktu  yang lama.

Agar kain batik atau baju batik tetap terjaga keindahan warnanya, Dina memberikan beberapa tips khusus. Pertama, hindari mencuci batik dengan deterjen, ganti dengan shampoo bayi dan dikucek pelan-pelan. 

Tidak dianjurkan menggunakan pewangi pakaian sebab dapat merusak serat kain. Setelah dicuci jangan diperas dan jemur ditempat yang teduh, kemudian pada saat menyetrika agar dilapisi dengan kain. [Ibrahim]

Terkini