Ratusan Korban Investasi Bodong 'Serbu' Polres Inhu

Sabtu, 06 Maret 2021 | 15:42:47 WIB

Metroterkini.com - Ratusan ibu-ibu yang di duga menjadi korban investasi bodong 'menyerbu' Polres Inhu, Dengan suara lantang dan ramai riuh rendah, para ibu-ibu saling berteriak satu sama lannya, Jumat 5 Maret 2021 petang kemarin.

Kedatangan mereka menuntut agar uang mereka di kembalikan. Sebab, mereka merasa telah di tipu dan merugi hingga mencapai miliaran rupiah.

Pantauan di lapangan terlihat sejumlah wanita paruh baya bergantian memasuki ruangan Sat Reskrim Polres Inhu untuk membuat Laporan Polisi (LP).

Salah satu korban invesrasi bodong, Tina Priyani (34) kepada awak media menuturkan, sejak dirinya bergabung di investasi bodong itu pada Desember 2020 lalu dia telah menyerahkan uang senilai Rp1 miliar lebih.

Uang tersebut dia kumpulkan dari keluarganya dan sanak family, usai meyakinkan, agar mau bergabung dan menyetorkan kepada Fani Sukma Muzdalifah, pimpinan investasi bodong dengan nama 'Get Trading'.

Seluruh korban, kata Tina, usai membuat LP, pihaknya mulai tergiur untuk menanamkan saham (investasi-red) ketika pertama kali dia menyetorkan uang senilai Rp300 ribu. Dalam waktu singkat mendapat keuntungan sebesar Rp2,5 juta.

"Saya tergiur dengan nilai keuntungan sebesar itu hanya dalam tempo beberapa hari saja. Ketika pertama kali saya berinvestasi, saya hanya menyetorkan Rp300 ribu dan dalam waktu dua hari saja bisa mendapatkan keuntungan berlipat ganda menjadi Rp2,5 juta," jelasnya.

Kemudian Tina kembali menyetorkan uang dengan nilai besar agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi. Uang senilai Rp1 miliar lebih itu dia setorkan kepada pimpinan 'Get Trading' Fani Sukma Muzdalifah.

Setoran uang dilengkapi dengan bukti setoran kwitansi hingga bukti transfer ke bank.

"Sejak Desember 2020 hingga Januari 2021 saya sudah setorkan uang kepada pemilik investasi. Karena kami sudah kena tipu, kami baramai-ramai datang ke Polres Inhu untuk membuat laporan," pungkasnya.

Terpisah, Kasat Reskrim Polres Inhu AKP I Komang Aswatama kepada awak media mengatakan, pihaknya telah melakukan klarifikasi dan penyelidikan kepada masing-masing nasabah.

"Dugaan sementara bahwa investasi itu menggunakan sistem gambling atau skema ponzi," kata dia. [wa]

Terkini