Metroterkini.com - Banyak yang mengira urine atau kencing kambing sebagai sampah atau sesuatu yang sia-sia. Nyatanya, urine kambing bisa diubah dan diolah menjadi pupuk organik cair (POC). Pupuk organik ini cocok untuk segala jenis tanaman serta memberi hasil tanam yang maksimal jika dibandingkan menggunakan pupuk kimia.
Pembuatan POC dari urine kambing ini sudah diterapkan oleh gabungan kelompok tani (gapoktan) Tunggal di Kampung Negeri Sungkai, Kecamatan Gunung Labuhan, Kabupaten Way Kanan, Lampung.
Ketua Gapoktan Tunggal Eko Basuki menjelaskan, dalam 30 liter urine kambing bisa menghasilkan sekitar 50 liter POC. Adapun bahan-bahan tambahan yang dibutuhkan di antaranya tetes tebu, kapur, pgpr, humid aciol, mol rumba, paini basilus, larutan sabut kelapa, dan larutan bonggol pisang.
"Perbandingan 30 liter urine kambing dicampur dengan 2 liter tetes tebu, kemudian diaduk sampai rata. Lalu campur dengan kapur 2 kg dengan sekitar 5 liter air, pgpr produksi sendiri 1 liter, terus mol rumba bikin sendiri 20-30 sendok makan," ucap Eko, beberapa waktu lalu.
"Ada juga sebagai starter semua unsur yaitu paini basilus 100-200 gram. Terus ada larutan ekstrak sabut kelapa 6 liter dan larutan bonggol pisang 6 liter juga," imbuhnya.
Eko mengatakan urine yang sudah dicampur dengan bahan tambahan ini kemudian diaduk sampai rata selama seminggu. Selain itu, campuran ini juga harus ditutup rapat-rapat.
"Itu diaduk sampai rata setiap hari ganjil, jadi hari pertama dan ketiga diaduk, hari kelima diaduk lagi, tutup rapat. Hari ketujuh diaduk, lalu siap dikemas dan dipakai. Dalam 30 liter urine bisa menghasilkan 50 liter POC," ucap Eko.
Lebih lanjut Eko menjelaskan bahwa setiap bahan dalam campuran pupuk memiliki fungsi masing-masing. Tetes tebu sebagai makanan buat bakteri, kandungan kapur untuk mencegah tumbuhnya jamur, humid aciol untuk menetralisir keasaman tanah, dan pgpr untuk merangsang pertumbuhan akar.
Lalu mol rumbah berfungsi mencegah timbulnya virus dan bakteri jahat, paini basilus sebagai starter dari semua unsur, larutan sabut kelapa sebagai suplai unsur K, dan larutan bonggol pisang sebagai suplai unsur P.
"Untuk menggunakannya (POC), kita campur dengan bahan-bahan yang sudah difermentasi dengan takaran 250 ml VOC dicampur dengan 14 liter air," ucap Eko.
Menurut Eko, jika dibandingkan dengan pupuk kimia, dari segi modal lebih menguntungkan menggunakan POC. Ia mencontohkan dalam satu hektare lahan untuk padi, ia hanya perlu 10 liter POC hingga panen.
Salah seorang peternak dan anggota gapoktan Tunggal, Suparman mengaku menyetor urine kambing sekitar 15 liter per dua minggu dari 4 kambing miliknya. Setelah dikelola, ia mendapat sekitar 25 liter POC yang digunakannya untuk memupuk sayuran, padi, jagung, palawija, padi, singkong, dan juga buah-buahan.
"Untuk padi dan singkong juga bisa. Kalau sekarang mangga dekat gardu juga kami berikan pupuk tersebut. Harga lebih murah dibanding dengan pupuk kimia, kemudian hasil tanamnya mempunyai rasanya beda dengan pupuk organik, rasanya lebih enak dibanding memakai pupuk kimia," ucap Suparman.
Ide bank urine yang yang dikembangkan oleh gapoktan Tunggal ini menjadi salah satu Bursa Inovasi Desa atau menu inovasi nasional yang digarap Kementerian Desa, Pembangunan, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). [met]