Metroterkini.com - La Nyalla Mattalitti menyerang capres Prabowo Subianto untuk menjadi iman sholat. Menurutnya, Prabowo juga seorang mualaf dan soal bacaan Alquran lebih tahu Jokowi
"Kita berharap Pak La Nyalla jangan melakukan hal serupa seperti pada 2014," ucap juru bicara TKN Jokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily, di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (13/12/2018).
Sebelumnya, La Nyalla memang mengaku ikut menyebar hoax untuk menyerang Jokowi pada Pilpres 2014. Waktu itu Nyalla ada di kubu Prabowo pada Pilpres 2014.
"Dulu saya fight untuk dukung si Prabowo. Salahnya Prabowo itu saya tutupi semua. Saya tahu Prabowo. Kalau soal Islam, lebih hebat Pak Jokowi. Pak Jokowi berani mimpin salat. Pak Prabowo berani suruh mimpin salat? Nggak berani. Ayo, kita uji keislaman Pak Prabowo. Suruh Pak Prabowo baca Al-Fatihah, Al-Ikhlas, baca, bacaan shalat. Kita semua jadi saksi," kata La Nyalla seusai pertemuan di kediaman KH Ma'ruf Amin, Jalan Situbondo Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (11/12).
Pernytaan Nyalla menuai kontroversi. Bukan cuma itu, Nyalla juga menyebut Prabowo seorang mualaf.
"Kita tahulah Pak Prabowo mualaf. Pak Jokowi sejak brojol sudah Islam. Kan sudah ngerti kita," kata La Nyalla dalam diskusi 'Layar Pemilu Tepercaya' di CNN TV Indonesia, yang tayang pada Rabu malam (12/12).
Pernyataan La Nyalla ini langsung ditanggapi oleh Titiek Soeharto, yang pernah menikah dengan Prabowo. Titiek menegaskan Prabowo beragama Islam sejak dahulu.
"Secara pribadi salat. Kan kata Pak Nyalla dia sebagai mualaf. Nah, sekarang dia masuk Akabri tahun berapa? Agamanya apa waktu itu? Kan sudah Islam dari dulu," ujar Titiek kepada detikcom saat ditemui di Makassar, Sulsel, Kamis (13/12).
Dia juga membenarkan sering diimami Prabowo saat salat. Titiek menganggap La Nyalla hanya berniat menjatuhkan Prabowo.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah memperingatkan Nyalla untuk tak membawa-bawa urusan agama ke ranah politik. Menurut MUI, sikap politik seperti ini membuat demokrasi tidak sehat.
"Sebaiknya janganlah dibawa-bawa urusan agama atau urusan yang sifatnya pribadi, siapa lebih Islam dari siapa. Jangan orang salat, orang puasa, dijadikan alat kampanye," kata Ketua Bidang Infokom MUI KH Masduki Baidlowi, Rabu (12/12). [***]