#2019GantiPresiden Melempem, Publik Makin Rasional

Selasa, 08 Mei 2018 | 11:10:34 WIB

Metroterkini.com - Sebagian kecil kelompok masyarakat menggelar deklarasi Gerakan #2019GantiPresiden, Minggu (6/5/2018) yang diinisiasi oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Meski terkesan 'wah', nyatanya di media sosial, di hari deklarasi tagar tersebut malah melempem tak bergaung.

Data media sosial mirkoblogging Twitter pada Minggu (6/5/2018), dari enam trending topik di jagat maya, tagar #2019GantiPresiden justru tak masuk sama sekali. Enam trending yang dilansir Twiter, pertama #JagaNKRITolakKhilafah, kedua #AtletBerkuda, ketiga #tetapPancasila, keempat #KhilafahIdeologiSesat, kelima #BasmiKhilafahJagaNKRI, dan keenam #AsianGames 20018.

Pengamat media politik Indonesian Public Institut (IPI) Jerry Massie menjelaskan, apa yang dilakukan PKS memang biasa dilakukan bagi lawan politik. Hal itu, katanya, semata bertujuan untuk cari panggung saja.

"Memang ada yang namanya sensasi politik dalam panggung politik. Ini sengaja dimainkan oleh kelompok tertentu atau lawan politik untuk melemahkan lawan politik mereka, tapi itu gagal," kata Jerry, dalam siaran pers, Selasa (8/5/2018).

Deklarasi dengan #2019GantiPresiden dilakukan tak bergema, kata dia, yang menjadi alasan utama karena PKS tidak terlalu diperhitungkan di arena Pilpres 2019 ketimbang Partai Demokrat dan Partai Gerindra. Itu sebabnya, PKS "cari muka" dengan menggaungkan #2019GantiPresiden.

"Tapi nyatanya tidak menjadi trending topic lantaran isu politik ini bukan hal yang luar biasa malahan merugikan PKS sendiri," katanya.

"Ini jelas menunjukkan bahwa kinerja pemerintah, terkhusus Presiden Jokowi memang sudah bagus, ditandai dengan tingkat kepercayaan yang terus meningkat. Bahkan jika dilaksanakan pemilu sekarang pun, Presiden Jokowi akan menang," katanya.

Memang survei yang muncul dari sejumalah lembaga survei, punya empowerment and influence political atau peran dan pengaruh politik. Tapi, lanjut dia, impact dari tagar ini tidak menjadi viral.

"Berbeda jika dimainkan dengan isu ekonomi dengan fakta dan data berbeda barangkali. Publik sudah semakin cerdas menilai. Agak sulit kalau hanya tagar ganti presiden 2019. Pesannya kurang dapat goal and aim atau sasaran dan tujuan, tak dapat. Ini hanya buang waktu saja," ujar dia.

Apa yang dilakukan PKS ini, ujar dia, bisa dikatakan sebagi curi start. Terlebih yang dilakukan PKS bisa dikategorikan sebagai imaging and political campaign.

"Harusnya belum bisa kampanye. Memang pelanggaran tidak ada, tapi tidak ada nilai etis dalam berpolitik ," ujar dia.

Sementara itu, Ketua Umum Pro Jokowi (Projo), Budi Arie Setiadi, menilai melempemnya tagar #2019GantiPresiden di hari dekralasi, bisa juga dikatakan memberi bukti bahwa kepuasan masyarakat terhadap pemerintah memang benar, seperti yang baru saja dikeluarkan lembaga survei Indikator, lembaga survei kredibel, yang menyebutkan kinerja pemerintah positif.

"Politik Di Indonesia masih dinamis. Yang pasti di era Jokowi menunjukkan adanya perubahan. Pemerintahan yang bekerja dan hadir melayani rakyat," kata Budi.

Ia percaya berbagai gaung kampanye di media sosial yang memojokkan Jokowi, tidak akan berefek banyak, karena pemerintah sudah bekerja dengan sangat maksimal agar kue ekonomi merata.

"Kita percayakan saja pada kehendak rakyat. Kami percaya dan yakin bahwa Jokowi ada di hati rakyat," katanya. [ris]

Terkini