Metroterkini.com - Sekertaris LSM Lumbung Informasi Rakyat (LIRA), Asep Sulaiman minta 12 jalan ke kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) yang menjadi akses perambah dan pembalak liar ditutup. Jalan ini terbuka karena sebagai akses pengangkutan kayu HTI milik PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).
Dia minta Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar untuk memaksa RAPP menutup jalan masuk kelokasi TNTN ini dan Pabrik CPO yang didalam kawasan agar di tutup juga, karena warga akan terus memperluas lahan sawit sebab hasil panen mereka ditampung oleh pabrik sawit ini.
"Potensi konflik sosial jalan inilah pemicunya sebab ke-12 titik jalan itu berada di kawasan perambah liar yang telah dihuni ribuan keluarga, menuju desa Bukit Kusuma, yang bertanggung jawab atas rusaknya TNTN ini seharusnya RAPP," Jelas Asep, Sabtu (15/10/16).
Selain hutan Taman nasional Rusak juga satwa langka yang ada didalam kawasan itu menjadi banyak korban bahkan Gajah dan harimau Sumatera hampir setiap tahun mati di dalam kawasan ini, diduga mereka kekurangan makanan sebab Akasia tidak bisa dikonsumsi oleh binatang langka ini.
Perambah yang awalnya hanya puluhan dalam waktu setahun menjadi ribuan orang. Di Desa Toro Jaya terdapat 2.000 keluarga. Sebanyak 4.000 hektar hingga 6.000 hektar tanah dikuasai secara liar, hal ini juga dierparah oleh ninik mamak atau bathin menjual lahan didaerah tersebut.
"Penjualan lahan ini masih berlansung hingga sekarang, penegakan hukum untuk menertibkan perambah liar yang rata-rata berdalih menebang kayu serta membersihkan lahan untuk persiapan kebun sawit ini tidak pernah berhasil," Jels Asep.
Para warga perambah liar dapat menunjukkan surat keterangan tanah, bukti pembelian tanah sah dari tetua adat di desa-desa terdekat yang mengaku sebagai pemilik tanah turun-temurun. Padahal jual beli lahan di kawasan taman nasional jelas melanggar peraturan.
"Anehnya bathin, Kepala Desa dan Camat tidak pernah dibawa kemeja Hijau," Jelasnya.
Maraknya praktik jual beli tanah itu diduga marak karena ada kerja sama antara oknum aparat pemerintah setempat dari tingkat desa hingga kabupaten, dan oknum aparat keamanan. Diduda bisunya Pemkab Pelalawan terkait Politik.
Humas World Wide Fund for Nature Wilayah Riau, Syamsidar, meyebutkan sejak 9 Januari program ada usulan pemutusan 37 akses perambahan maupun pembalakan liar sudah dijalankan di sekitar kawasan TN Tesso Nilo, khusus di koridor PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Baserah dan Ukui, Kabupaten Pelalawan.
"Akan tetapi, masih tersisa 12 titik yang belum terputus karena potensi perlawanan dari masyarakat amat tinggi," kata Syamsidar, kesejumlah media beberpa waktu lalu.
Ke-12 akses yang diduga masih digunakan pembalak liar ke dalam kawasan taman nasional ini berada di areal perambahan liar Desa Toro Jaya dekat Koridor Baserah dan Km 60-86 Koridor Ukui. Setiap hari masih dijumpai lalu lintas truk pembawa batang kayu dari kedua daerah itu, menuju Pekanbaru.
"Kedua koridor ini dibuat PT RAPP untuk memperlancar pengangkutan kayu bahan baku industri dari kawasan hutan tanaman industri (HTI) yang berbatasan dengan taman nasional," Ujarnya.
Dijelaskannya, Koridor dibuat sekitar tahun 2003-2004 di barat dan timur membelah Tesso Nilo dari utara ke selatan, bahkan jalan ini telah melancarkan akses dar Pelalawan menuju Teluk Kuantan.
Hutan suaka margasatwa Langkat Timur, Sumatera Utara, kini dalam kondisi rusak parah. Sekitar 70 persen dari total luas 9.520 hektar tegakan hutan yang didominasi pohon bakau dan api-api itu telah habis. Hutan yang tersisa tidak dapat diandalkan untuk migrasi burung dan makanan Gajah.
Kini banyak kawasan telah berubah menjadi tambak rakyat, perkebunan kelapa sawit, sawah, dan permukiman.[basya/kps]