Metroterkini.com - Dosen Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Nursilah mengatakan ketika menyandingkan dua kondisi sistem budaya dari negara Indonesia dan Filipina, ternyata terdapat hal yang sangat menarik. Sistem budaya pertanian, dengan berbagai variannya ternyata menjadi sumber inspirasi dalam ekspresi budaya. Kadayawan, menjadi pusat perhatian dalam ekspresi budaya, sekurang-kurangnya yang tampak pada saat ini.
Hal ini disampaikan saat menjadi pembicara utama dalam Konferensi Internasional Seni, Budaya, dan Bahasa antara Indonesia dan Filipina yang diselenggarakan KJRI Davao City bekerjasama dengan Universitas Mindanao, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Bhayangkara Jakarta Raya di Kampus Madina Universitas Mindanao, Davao City Filipina, Senin (22/8).
"Ekspresi budaya ini mirip sekali dengan berbagai ekspresi budaya masyarakat agraris di Indonesia. Hanya bedanya, di Indonesia banyak sekali variannya. Ada yang diberi nama Bersih Desa, Seren Taun, Sedekah Bumi, dan sebagainya," kata Nursilah.
Lanjut Nursilah, biasanya setiap suku memiliki bentuk ekspresi budaya yang spesifik. Di Jawa, umumnya menggunakan seni pertunjukan Tayub, di Sunda menggunakan Dog-Dog Lojor, di Karawang Ronggeng/Bajidoran. Di suku lain dan di Pulau lain banyak lagi macamnya. Reyog Ponorogo, merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan yang memiliki fungsi beragam, salah satunya adalah upacara Bersih Desa.
"Bersih Desa merupakan bentuk upacara memuliakan Dewi padi, sebagai rasa syukur atas keberhasilan dalam panen dan hasil bumi atau panen raya. Mirip sekali dengan Festival Kadayawan di Davao," papar Nursilah.
Konferensi Internasional yang dimulai pukul 09.00 - 17.00 waktu setempat, turut dimeriahkan oleh penampilan kesenian tradisional Reyog Ponorogo oleh para seniman Komunitas Reyog Ponorogo (KRP) Jakarta dan Kabupaten Ponorogo saat pembukaan dan penutupan acara.
Tampak hadir Acting KJRI Davao City Endah Rachmi Yuliarti, Rektor Universitas Mindanao Guillermo P Tores, Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Bambang Cipto, Rektor Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Bambang Karsono, mahasiswa dari berbagai negara seperti Indonesia, Turki, India, Korea Selatan, Amerika Serikat, Malaysia dan lainnya. [rilis]