Metroterkini.com - Satelit internet milik Elon Musk, Starlink, terus memperluas jangkauan layanannya, tidak terkecuali pasar Indonesia. Kehadirannya Starlink di Indonesia sempat bikin heboh pada pertengahan 2022.
Starlink adalah konstelasi satelit internet yang dioperasikan oleh SpaceX untuk menyediakan sistem komunikasi internet berbasis satelit ke berbagai wilayah yang ada di Bumi.
Beroperasi di orbit rendah Bumi atau dikenal dengan Low Earth Orbit (LEO) acapkali jadi solusi broadband di pedesaan atau daerah yang tidak ada akses internet karena ketiadaan fiber optik atau base transceiver station (BTS) di wilayah tersebut.
Informasi resmi masuknya Starlink di wilayah Indonesia ini diungkapkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate (10/6). Disampaikannya, Starlink beroperasi di Indonesia dengan bekerjasama dengan Telkomsat yang merupakan anak perusahaan Telkom.
Disampaikan Menkominfo, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memberikan Hak Labuh Khusus Khusus Non-Gestationary Satellite Orbit (NGSO) kepada mereka setelah terpenuhi harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh undang-undang.
Meski Starlink sudah masuk Indonesia, tetapi layanan internetnya tidak untuk masyarakat umum, melainkan khusus jaringan tetap tertutup.
"Bukan layanan internet, melainkan Starlink menjual kapasitas satelit ke Telkomsat untuk keperluan layanan backhaul. Tidak diberikan hak penjualan ritel internet kepada Starlink," ujar Johnny.
Menkominfo menegaskan hak labuh tersebut bersifat eksklusif, hanya untuk Telkomsat dan digunakan untuk layanan kebutuhan backhaul Telkom Group.
Johnny menjelaskan dengan diterbitkannya hak labuh alias landing rights tersebut, memungkinkan Starlink dapat menjual kapasitas satelitnya kepada Telkomsat untuk memenuhi kebutuhan pita backhaul perusahaannya.
"Untuk itu, Telkomsat membangun gateway station - teresterial component untuk menerima layanan kapasitas satelit dari Starlink," ucapnya.
Adapun, jaringan tetap tertutup yang dilayani Starlink di Indonesia, yakni penyelenggaraan jaringan yang menyediakan jaringan untuk disewakan. Dalam konteks ini, Telkomsat menyewa kapasitas satelit punya Elon Musk itu yang nantinya disewakan kembali ke pelanggan Telkomsat.
Menurut Founder IndoTelko Forum Doni Ismanto, kerja sama antara Starlink dan Telkomsat itu Business to Business (B2B), yang nantinya juga Telkomsat akan melakukan skema serupa kepada penggunanya.
"Lebih ke B2B jaringan tetap tertutup itu pelanggannya, bukan retail. Tidak untuk orang A, orang B, atau ke rumah, tetapi B2B untuk segmen korporat," kata Doni.
"Misalnya, Telkomsat punya pelanggan bank di sebuah provinsi, di sana tidak ada jaringan BTS seluler, namun membutuhkan koneksi internet, nah link dari Starlink yang disewa Telkomsat ini untuk menyediakan jaringan di area tersebut. Kalau kita pakai perangkat, yang muncul di layar itu bukan Starlink, tetapi dari Telkomsat, seperti itu," tuturnya.
Dikatakan Doni, kerja sama Starlink yang notabene adalah perusahaan global harus berkerjasama dengan mitra lokal. Dan, Kominfo memberikan hak labuh atau landing rights apabila itu sesuai dengan peraturan yang berlaku.
"Kalau tidak bekerjasama dengan mitra lokal itu bahaya, seperti kejadian di luar negeri. Adapun, dengan kerja sama dengan mitra lokal, pemerintah itu menunjukkan represetasi negara dengan bisa narik pajak atau kewajiban lainnya melalui mitranya," kata Doni.
Telkom memandang bahwa kerjasama Telkomsat dan SpaceX yang telah dan sedang dibangun untuk menjalankan layanan Starlink merupakan langkah strategis. Ini sesuai rencana perjalanan perusahaan plat merah ini dalam mempercepat pembangunan infrastruktur dan platform digital cerdas berkelanjutan, ekonomis, dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat.
"Dengan adanya hak labuh Starlink ini, kami harapkan Telkom Group dapat terus mengakselerasi terwujudnya lingkungan dan masyarakat digital Indonesia, karena kami menyakini dengan digitalisasi, Indonesia ke depannya bisa menjadi lebih baik," ujar Direktur Utama Telkomsat Lukman Hakim Abd Rauf.
Dengan kondisi geografis Indonesia yang menantang bagi program pemerataan pembangunan jaringan fiber optik ke seluruh wilayah Indonesia, Starlink dinilai sebagai solusi yang tepat untuk mengisi kebutuhan jaringan backhaul di wilayah wilayah yang belum terjangkau fiber optik sampai tersedianya solusi yang lebih permanen.
Starlink merupakan layanan berbasis sistem konstelasi Satelit Non Geostationer milik SpaceX dengan orbit rendah (LEO /Low Earth Orbit) dengan ketinggian 500-1.400 km yang mampu memberikan layanan dengan latensi rendah, throughput tinggi dan didukung oleh perangkat stasiun bumi yang mudah diinstalasi dan portable. [**]