Metroterkini.com - Angka kemiskinan di Sumatera Utara diprediksi akan naik pascakenaikan harga BBM. Pemerintah diminta untuk memutakhirkan data penerima bantuan sosial agar tak semakin banyak masyarakat yang terjebak di bawah garis kemiskinan.
"Ada beberapa hal terkait ekonomi di wilayah Sumut yang perlu diperhatikan secara serius, agar dampak kenaikan harga BBM ini bisa diminimalisir dampaknya terhadap daya beli masyarakat. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah pemutakhiran data penerima bantuan sosial," kata Ekonom Sumut Gunawan Benjamin, Senin (5/9/2022).
Dikatakan Gunawan, dengan adanya kenaikan BBM ditambah dengan kenaikan harga bahan pokok dikhawatirkan akan menambah angka kemiskinan di Sumut.
"Potensi penambahan jumlah masyarakat miskin berpeluang terjadi di wilayah ini. Kenaikan harga BBM saat ini memang tidak akan lantas membuat jumlah angka kemiskinan di September mengalami kenaikan, namun nanti di bulan Maret 2023 data penambahan angka kemiskinan akan sangat terlihat," tuturnya.
Lanjutnya pada September 2022, persentase penduduk miskin di Sumut berpeluang naik kisaran angka 8,53 persen, dari posisi Maret 2022 di level 8,42 persen.
Faktor pemicu peningkatan angka kemiskinan yang paling besar adalah laju tekanan inflasi. Salah satunya karena kenaikan harga beras, ditambah dengan nilai tukar petani yang berpeluang turun.
"Di sisi lain, 40 persen rumah tangga yang termasuk dalam lapisan terbawah berpeluang untuk mengalami peningkatan pengeluaran. Dan bantuan sosial pemerintah setelah mulai September ke Maret 2023 nanti diyakini akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan," jelasnya.
Gunawan menjelaskan bahwa kenaikan BBM ini ternyata berbanding terbalik dengan Nilai Tukar Petani yang diprediksi akan semakin turun lantaran banyaknya harga bahan pokok yang naik.
"Faktor penambah beban lainnya adalah nilai tukar petani dalam 4 - 6 bulan ke depan diperkirakan akan mengalami penurunan. Hal ini dipicu oleh tingginya inflasi ditambah dengan harga komoditas yang cenderung stagnan, ditambah dengan ancaman resesi global yang akan menekan harga komoditas unggulan Sumut ke depan," ucapnya. [***]