Bahaya Air Minum Galon Isi Ulang yang Terkontaminasi BPA

Bahaya Air Minum Galon Isi Ulang yang Terkontaminasi BPA

Metroterkini.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) membenarkan temuan potensi berbahaya dari migrasi Bisphenol A (BPA) atau perpindahan BPA dari kemasan pangan ke dalam pangan. 

Dalam pengujian post-market air minum galon isi ulang dalam satu tahun terakhir, BPOM menemukan adanya bahaya dari migrasi BPA pada sarana distribusi serta fasilitas produksi industri air minum dalam kemasan (AMDK). 

Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM, Rita Endang menyampaikan bahwa potensi berbahaya itu telah mencapai ambang batas. 

"Pada uji post-market 2021-2022, dengan sampel yang diperoleh dari seluruh Indonesia, menunjukkan kecenderungan yang mengkhawatirkan, dan adanya potensi bahaya migrasi Bisfenol-A (BPA) pada sarana distribusi dan fasilitas produksi industri AMDK," kata Rita seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (2/2/2022). 

Adapun potensi bahaya migrasi BPA di sarana distribusi dan peredaran 1,4 kali lebih besar dari sarana produksi. Rita menambahkan, potensi bahaya di sarana distribusi mencapai 1,95 kali berdasarkan pengujian terhadap kandungan BPA pada produk AMDK berbahan polikarbonat, dari sarana produksi maupun distribusi di seluruh Indonesia. 

BPOM pun telah mengkaji paparan Bisphenol A pada konsumen produk galon isi ulang yang menunjukkan, bahwa kelompok paling rentan akan BPA antara lain bayi usia 6-11 bulan berisiko 2,4 kali, anak berusia 1-3 tahun berisiko 2,12 kali dibandingkan kelompok dewasa usia 30-

64 tahun. Di samping itu, studi Cohort di Korea Selatan yang dipublikasikan tahun 2021 di Journal of Korean Medical Science menunjukkan adanya hubungan antara peningkatan infertilitas pada kelompok tinggi paparan BPA dengan odds ratio atau rasio paparan penyakit mencapai 4,25 kali. 

Hal serupa diungkapkan pula oleh pakar toksikologi Universitas Indonesia (UI) Dr Rer Nat Budiawan. Menurut dia, paparan BPA juga sangat berisiko pada orang dewasa terutama ibu yang sedang hamil dan juga menyusui. 

"Bisphenol A (BPA) adalah bahan kimia yang dapat memberi efek samping terhadap hormon endokrin dalam tubuh akibat paparan berulang, yang dapat mengganggu perkembangan janin, bayi dan anak-anak serta dapat berisiko menyebabkan penyakit kanker," beber Budiawan, Sabtu (5/2/2022). 

Sebagai informasi, BPA adalah bahan campuran utama jenis plastik polikarbonat yang kerap digunakan untuk kemasan galon isi ulang. Selain pada kemasan galon, BPA juga kerap dipakai pada kemasan botol minum plastik. 

Cara menghindari paparan BPA 

Di Indonesia, kata Budiawan, BPOM menetapkan batas migrasi BPA dalam kemasan air minum seperti galon isi ulang sebesar 0,6 bagian per juta (bpj) atau 600 mikrogram per kilogram Kendati badan atau lembaga di banyak negara telah menetapkan ambang batas migrasi BPA pada wadah seperti botol minum, mangkuk, ataupun kemasan galon isi ulang, masih banyak produsen yang melewati batasan tersebut. 

Oleh karenanya, dia menyarankan cara menghindari paparan BPA dalam wadah kemasan berbahan plastik ialah dengan memilih produk yang berlabel BPA free atau bebas BPA. Misalnya pada botol, wadah atau kemasan plastik yang biasa digunakan sehari-hari. 

Selain itu, Anda juga perlu memastikan produk yang dibeli sudah terdaftar di BPOM RI maupun telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Di sisi lain, untuk mengetahui secara pasti kemasan atau wadah mana yang mengandung BPA dapat dilakukan melalui uji laboratorium. 

"Namun masyarakat juga dapat mengenali dugaan adanya BPA yakni, umumnya plastik polikarbonat mudah dikenali dengan ciri kode daur ulang 7 pada dasar galon," jelas Budiawan. [**]
 

Berita Lainnya

Index