Metroterkini.com - Gorengan bisa jadi comfort food buat orang Indonesia. Tak cuma gorengan bakwan, pisang, tempe atau tahu, tapi rata-rata lauk makanan juga kerap digoreng. Ayam goreng, ikan goreng, semua makanan ini memang lezat dan hampir tidak ada orang yang akan menolak ketika dihidangkan di meja makan.
Namun, meskipun lezat, Anda harus berhati-hati saat makan gorengan. Jika terlalu berlebihan, gorengan justru berbahaya untuk kesehatan dan disebut bisa meningkatkan risiko kematian.
Risiko kematian ini meningkat ketika seseorang rutin mengonsumsi gorengan atau makanan apapun yang digoreng. Sebuah penelitian yang diterbitkan di BMJ mengungkap, risiko kematian ini berkaitan dengan permasalahan jantung terutama di kalangan wanita usia 50 hingga 65 tahun.
Dilansir dari laman resmi BMJ, para peneliti menggunakan data kuesioner untuk menilai diet 106.966 wanita berusia 50 hingga 79 tahun yang terdaftar dalam Women's Health Initiative (WHI) antara 1993-1998 dan yang ditindaklanjuti hingga Februari 2017.
Para peneliti melihat konsumsi total dan spesifik wanita dari berbagai makanan yang digoreng, termasuk ayam goreng, ikan goreng, sandwich ikan dan gorengan lainnya, seperti kentang goreng, keripik tortilla, hingga taco.
Para peneliti menemukan bahwa makan gorengan secara teratur bisa dikaitkan dengan meningkatnya risiko kematian khususnya kematian terkait jantung. Penelitian ini juga menemukan mereka yang makan satu porsi atau lebih gorengan dalam sehari memiliki risiko 8 persen lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak makan gorengan.
Cara Diet untuk Penderita Asam Lambung
Satu atau lebih porsi ayam goreng sehari dikaitkan dengan risiko kematian 13 persen lebih tinggi dari sebab apa pun dan risiko kematian terkait jantung 12 persen lebih tinggi dibandingkan tanpa makanan yang digoreng.
Demikian pula, satu atau lebih porsi ikan goreng per hari dikaitkan dengan risiko kematian 7 persen lebih tinggi dari penyebab apa pun dan risiko kematian terkait jantung 13 persen lebih tinggi dibandingkan tanpa makanan yang digoreng.
Kurangi makanan yang digoreng
Ahli gizi dan approved educator APKI Irtya Qiyamulail mengatakan, makanan yang digoreng memang tidak baik untuk kesehatan apalagi jika dikonsumsi terus-menerus. Sebab saat makanan digoreng terdapat tambahan kalori dan lemak dari minyak yang terserap makanan ketika proses menggoreng berlangsung.
Meningkatnya kadar lemak ini berisiko pada peningkatan berat badan karena kondisi surplus kalori terjadi terus menerus. Selain itu, minyak goreng biasanya memiliki kandungan lemak jenuh dan lemak trans yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah dan berpotensi menyebabkan penyakit kardiovaskular.
"Hal yang perlu diperhatikan lainnya adalah terlalu sering memasak dengan suhu tinggi seperti proses menggoreng dapat menyebabkan terbentuknya zat akrilamida yang bisa menjadi salah satu faktor risiko terjadinya kanker," kata Irtya saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (17/1).
Meski demikian, Irtya menyebut gorengan memang tidak bisa disimpulkan secara langsung menjadi penyebab kematian. Tetapi cara mengonsumsi gorengan inilah yang kemungkinan besar berdampak buruk pada kesehatan dan kematian.
Sebenarnya tak ada larangan untuk makan gorengan, hanya saja jangan berlebihan. Alih-alih digoreng, ada berbagai variasi yang bisa dipilih untuk mengonsumsi makanan.
"Bisa dikukus, dipanggang, atau dibuat pepes," katanya.
Selain itu, pada saat menggoreng usahakan suhu tidak terlalu tinggi karena dapat merusak minyak dan menghasilkan radikal bebas yang berbahaya untuk tubuh. Irtya juga menyarankan agar makanan ditiriskan dengan menggunakan tisu kertas agar dapat mengurangi kandungan minyak pada makanan.
Bagaimana dengan air fyer?
"Untuk air fryer karena tidak atau sedikit sekali menggunakan minyak dalam metodenya, sehingga untuk kandungan lemak dan kandungan kalorinya akan lebih sedikit dibandingkan metode penggorengan," ucapnya.
"Hal ini dapat meminimalisir terjadinya surplus kalori sehingga secara tidak langsung bisa mencegah peningkatan berat badan juga. Selain itu dengan metode air fryer terbentuknya zat akrilamida (zat yang menjadi salah satu faktor risiko terjadinya kanker) lebih sedikit dibandingkan metode digoreng."
Dia mengungkapkan jika dibilang air fryer itu apakah jauh lebih sehat tidak juga, sebaiknya untuk metode pemasakan divariasikan jangan metode digoreng atau frying terus-terusan. [**]