1,5 Miliar Data Pengguna Facebook Dijual ke Hacker?

1,5 Miliar Data Pengguna Facebook Dijual ke Hacker?

Metroterkini.com - Baru selesai masalah Facebook, WhatsApp, Instagram down, ada lagi pukulan baru untuk Mark Zuckerberg. 1,5 Miliar data pengguna Facebook diklaim bocor oleh hacker.

Tepatnya, sebanyak 1,5 miliar data pengguna Facebook ditawarkan di forum hacker. Data yang dijajakan konon berisikan nama pengguna, alamat, alamat email dan nomor telepon.

Demikian diklaim oleh Russian Privacy Affairs. Mereka mengatakan penawaran tersebut diunggah oleh sang penjual ketika WhatsApp, Instagram dan Facebook down secara berjamaah pada Selasa (5/10).

Sejauh ini belum terkonfirmasi apakah laporan tersebut benar. Demikian pula apakah data tersebut ada kaitannya dengan masalah akses Facebook yang terjadi kemarin, itu belum terkonfirmasi.

Terlepas dari itu, mengutip dari Gizchina, Rabu (6/10/2021) ada beberapa pihak yang mencoba membeli beberapa data pengguna Facebook. Namun sang pembeli mengklaim bahwa penjual melakukan scam.

Mereka tidak menerima data apa pun setelah membayar USD 5.000 atau Rp 71,3 juta. Indikasi tersebut menunjukkan bahwa penjual mungkin tidak memiliki data yang dia klaim.

Namun, semua pengguna Facebook harus sangat waspada terhadap aktivitas yang tidak biasa di akun mereka.

Sebab pada akhir September tahun ini, beberapa orang memposting klaim bahwa mereka memiliki 1,5 miliar data pengguna Facebook. Mereka menawarkan setiap satu juta data pengguna dengan harga USD 5.000.

Ini berarti jika pembeli ingin memiliki 1,5 miliar data akan merogoh biaya sekitar USD 7,5 juta atau Rp 106,9 miliar. Jika ini benar, itu akan menjadi yang terbesar dalam hal kebocoran data pengguna.

Diberitakan sebelumnya Facebook mengalami masalah akses selama 6 jam pada Selasa kemarin. Vice President of Engineering and Infrastructure Facebook Santosh Janardhan membeberkan penyebab gangguan tersebut.

Menurut Janardhan, saat pemeliharaan rutin, ada perintah yang dikirimkan untuk mengecek ketersediaan jaringan backbone yang menghubungkan semua fasilitas komputasi Facebook. Tapi perintah ini justru memutus koneksi dan bug di sistem audit internal Facebook tidak bisa mencegah eksekusi perintah ini.

Begitu para teknisi memasuki area server, mereka berhasil membawa backbone kembali online dan memulihkan layanan secara perlahan. Ini yang membuat proses pemulihan layanan Facebook memakan waktu lama, karena kalau langsung dipulihkan secara total akan menyebabkan crash yang lebih parah.

"Setiap kegagalan seperti ini adalah kesempatan untuk belajar dan menjadi lebih baik, dan ada banyak yang bisa kami pelajari dari peristiwa ini," kata Janardhan.

"Setelah tiap masalah, kecil dan besar, kami melakukan proses peninjauan yang ekstensif untuk memahami bagaimana kami bisa membuat sistem yang lebih tangguh. Proses itu sudah dimulai," pungkasnya. [Net]


 

Berita Lainnya

Index