Metroterkini.com - Inovasi alat pendeteksi COVID-19 bernama GeNose menarik perhatian banyak pihak salah satunya Kemenristek/BRIN. Kemenristek menyebut GeNose mulai didistribusikan akhir tahun ini.
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, bahwa sudah ada prototype yang sudah diuji cobakan tahap pertama di rumah sakit Bhayangkara dengan tingkat akurasi saat itu mencapai 97 persen.
Sehingga GeNose bisa membaca data-data pasien yang memeriksakan COVID-19 dengan embusan napas 97 persen dibandingkan akurasi dengan PCR dari pengukuran infeksi COVID-19.
"Setelah di-launching di kantor kami mereka memulai uji klinis tahap kedua. Sekarang ini mereka melakukannya di 10 rumah sakit dengan target kalau tidak salah 1.600 pasien atau 1600 sampel," ucapnya, Jumat (27/11/2020).
Selama itu, mereka melakukan upaya perbaikan tempat penyimpanan embusan napas dan sekaligus memastikan alat tersebut steril. Karena nantinya akan banyak orang yang memakai.
"November lebih ke manufacturing. Nah saat ini uji klinis tahap keduanya atau uji validasi tahap keduanya hampir selesai. Sehingga targetnya Desember sudah bisa didistribusikan untuk keperluan masyarakat," katanya.
"Harapannya setelah uji validasi tahap kedua, sudah lebih jelas tingkat akurasinya maka akan mulai diproduksi dalam jumlah yang lebih besar untuk bisa dipakai masyarakat luas karena saat ini masih untuk keperluan terbatas," imbuhnya.
Dilansir dari detikcom, Menristek/BRIN Bambang Brodjonegoro mengatakan saat ini sedang dilakukan uji validasi alat pendeteksi COVID-19 baru menggunakan hembusan napas, alat itu bernama GeNose.
"Saat ini sedang dilakukan uji validasi tahap kedua dari GeNose. Ini adalah inovasi dari UGM (Universitas Gadjah Mada) yang bersifat analisa atau deteksi virus COVID-19 dengan menggunakan hembusan napas kita. Ini adalah suatu inovasi yang luar biasa karena bisa mendeteksi virus COVID-19 secara akurat, di dalam uji validasi tahap pertama di suatu RS di Jogja akurasinya mencapai 97% dibandingkan PCR test," kata Bambang dalam konferensi pers virtual tentang Pengembangan Vaksin, Terapi dan Inovasi COVID-19, Selasa (20/10/2020).
Bambang menyebut alat itu diusahakan bisa diproduksi dan digunakan oleh masyarakat pada akhir tahun 2020. Biayanya yakni Rp 40 juta per alat dan bisa digunakan sekaligus untuk 100 ribu pengujian.
"Kita berupaya agar menjelang akhir tahun November atau Desember GeNose sudah bisa diproduksi dan dipakai secara luas. Test ini relatively murah, harganya Rp 40 juta per alat tetapi bisa digunakan sampai 100 ribu pengujian," ucapnya. [***]