Metroterkini.com - Ketika channel-nya berhasil dimonetisasi, lebih-lebih bila angkanya menyentuh puluhan atau ratusan juta rupiah, banyak YouTuber menanggalkan pekerjaan lamanya dan pilih fokus pada pengerjaan konten.
Tapi YouTube satu ini pilih menjalankan keduanya, membuat video untuk channel-nya dan memperbaiki televisi rusak.
Anak Agung Duwi Arsana demikian nama YouTuber tersebut. Channel-nya punya nama yang sama, tercatat saat ini sudah memiliki 526 ribu subscriber. Dilansir dari detikiNET, dia bercerita soal dua profesinya itu.
Duwi, demikian dia disapa, mengaku sudah hobi membuat video jauh sebelum channel YouTube-nya dibuat pada 2009. Begitu kenal platform video kepunyaan Google itu, video-video yang telah lama dibuatnya di-upload.
"Videonya macam-macam. Ada musik, rekaman, belajar bikin film, green screen, macam-macamlah," ujarnya saat ditemui di Habibie Festival beberapa waktu lalu.
Ketika masuk SMK jurusan elektro dan lanjut menjadi tukang service keliling, coba membuat video tutorial memperbaiki TV dan perangkat elektronik lainya.
"Tiap saya memperbaiki sesuatu, saya coba rekam, tujuannya agar tidak lupa. Tapi terus iseng upload ke YouTube, ternyata banyak yang suka," kenangnya.
Video pertama yang ditampilkannya soal proses perbaikan charger laptop. Banyak yang menonton video tersebut mengaku tidak berhasil memperbaiki kendati sudah membawa charger laptopnya ke tempat service.
"Setelah melihat video saya, banyak yang dari Jakarta kirim charger rusaknya ke Bali untuk minta diperbaiki," kata Duwi.
"Dari sana saya berpikir banyak orang juga perlu pengetahuan seperti ini. Saya sendiri pun mencari ilmu untuk memperbaiki itu di Youtube, saya searching juga di Google. Saya coba terjemahin ke bahasa sehari-hari yang lebih dimengerti, akhirnya keterusan," lanjutnya.
Pada 2011, Duwi iseng membeli TV yang sudah divonis tidak bisa menyala lagi. Seperti biasanya sembari memperbaiki, dia rekam semua prosesnya. Berkat tangan dinginnya TV itu kembali menyala.
"Televisinya saya coba jual Rp 1,5 juta, eh laku. Padahal belinya Rp 300 ribu," katanya sembari tertawa.
Kejutan tidak sampai di situ saja. Berkat dia upload video perbaikan TV itu, subscriber-nya langsung melesat drastis. Beberapa hari kemudian tokonya langsung kebanjiran kiriman televisi rusak untuk diperbaiki.
"Jadi awalnya kan buka toko sparepart elektronik. Saya sengaja sewa toko lagi di sebelahnya biar tidak penuh, karena sehari bisa 10-20 TV yang datang. Tapi sekarang lagi disetop dulu, antreannya sudah panjang sekali (untuk diperbaiki)," terang Duwi.
Tapi alih-alih kerimpungan mendapat kiriman televisi yang begitu banyak, bahkan dikirim dari luar Bali, dia malah senang. Sebab bahan eksperimennya tambah banyak.
"Lucunya ketika saya publish televisi merek ini, besoknya merek itu yang datang. Kalau kerusakaannya sama tidak divideokan lagi. Untuk kerusakan baru, saya bikin lagi (video tutorialnya)," kata Duwi.
Berkat video-videonya, Duwi berhasil meraih pendapatan yang tidak sedikit dari YouTube. Rata-rata tiap bulannya dia berhasil mengantongi Rp 30 juta. Itu belum termasuk sponsor-sponsor yang memintanya dibuatkan video.
Tentu angka tersebut tidak dibilang sedikit. Pun begitu pria berdarah Bali ini pilih tetap menjadi tukang service perangkat elektronik.
Ditanya kenapa, Duwi pun merasa memang jiwanya di sana. Dia ingin keahlian yang dimiliki dapat 'menyehatkan' kembali perangkat elektronik yang kerap di tempat lain sudah divonis tidak bisa diperbaiki.
Sementara video-video yang dibuatnya bukan untuk mencari uang semata. Lebih dijadikan sebagai perpanjangan tangannya agar dapat membantu orang lain memperbaiki perangkat rusaknya sendiri.
"Dulu juga saya bingung punya TV rusak bagaimana cara memperbaikinya. Saya cari reverensi kebanyakan dari luar dan pakai bahasa Inggris. Saya rasa banyak orang mengalami hal yang sama. Akhirnya saya coba buat versi sendiri menggunakan bahasa Indonesia," jelasnya.
Dan setiap memperbaiki segala perangkat eletronik dan menemukan kerusakan baru, Duwi mengaku senang bukan kepalang. Sebab dia merasa mendapatkan ilmu baru.
Rasa senangnya pun kian membuncah ketika tahu orang lain merasakan manfaat dari apa yang dikerjakannya.
"Tadi ada orang nyamperin bilang terima kasih karena video saya membantu tugas kuliahnya, nah itu senang sekali. Ada yang dari Malaysia bilang teknik saya berhasil dipakai untuk memperbaiki barangnya meski dia tidak punya keahlian teknis, itu bikin senang melebihi apapun," kata Duwi.
Kembali ke pundi-pundi yang didapatnya, semau itu digunakan untuk bantu mengembangkan eksperimennya.
"Dana yang saya dapat bikin makin banyak eksperimen yang bisa lakukan ke depannya. Ketika muncul ide baru tidak berat eksekusinya. Saya bisa share lagi, jadikan eksperimennya bisa jalan terus," ujarnya.
Kendati menjalani dua profesi sekaligus tidak membuat Duwi pusing bagi waktu. Dibantu dua rekannya, dia menjalankan toko sparepart elektronik dan tempat servicenya.
Dalam sehari rata-rata lima TV diperbaikinya. Sering kali saat memperbaiki perangkat sembari direkamnya. Atau dia meluangkan waktu khusus untuk merekam eksperimennya di luar.
"Karena sudah terbiasa memperbaiki satu TV cuma satu jam. Videonya juga satu jam untuk durasi 10-15 menit, tapi ngeditnya bisa 5 jam, karena harus atur tampilan dan audio," ujarnya.
Semua proses kreatif itu dilakukan Duwi sendiri. Di sela-sela waktu dia melakukan eksperimen. Sudah banyak hasil eksperimennya, mulai dari perangkat Internet-of-Thing (IoT), skateboard elektrik hingga ke motor listrik.
"Sering orang berpikir sudah ada kenapa kok buat sendiri dan harganya jauh lebih mahal lagi. Nah itu dia tujuan utamanya biar orang tahu ternyata kita bisa bikin sendiri. Kayak skateboard listrik, kita bisa buat sendiri dengan cara mudah," papar Duwi.
Bicara soal produk eksperimennya, ada cerita menarik dari motor listrik yang dibuatnya. Lantaran mau diujicoba dan dibuat video, Duwi coba mengendarai motor listriknya di jalanan.
Bentuknya yang tidak biasa memang mengundang perhatian, termasuk pihak kepolisian. Dia kemudian diberhentikan oleh mobil patroli.
Untungnya Duwi tidak ditangkap, hanya ditanya kendaraan apa. Pihak kepolisian pun memintanya memasang spion dan mengenakan helm untuk keselamatan. Dan lantaran belum ada regulasinya kala itu, Duwi dianjurkan melajukan motor listriknya di sisi pinggir bukan di tengah.
"Meski dikasih arahan, tetap saja diberhentikan polisi cukup dag dig dug. Seperti dirazia naik motor tapi tidak bawa SIM," kenangnya sembari tertawa.
Soal rencananya ke depan, Duwi ingin merekrut orang yang membantunya untuk menggarap video. Selain itu tetap bereksperimen dan berkarya di YouTube
"Saya ingin terus membuat video-video yang dapat membantu orang memperbaiki barang eletroniknya dengan mudah dan gampang," pungkasnya. [dt-met]