Metroterkini.com - Protes yang dipicu oleh kematian seorang wanita muda dalam tahanan polisi berlanjut di seluruh Iran pada hari Minggu (9/10/2022). Tindakan keras oleh pihak berwenang pun kian gencar dilakukan.
Terbaru, sebuah kelompok hak asasi manusia mengatakan setidaknya 185 orang, termasuk anak-anak, telah tewas dalam demonstrasi.
Dilansir Reuters, protes anti-pemerintah yang dimulai pada 17 September di pemakaman Mahsa Amini yang berusia 22 tahun di kota Kurdi Saqez, telah berubah menjadi tantangan terbesar bagi para pemimpin ulama Iran selama bertahun-tahun. Pengunjuk rasa menyerukan mundurnya Pemimpin Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei.
"Setidaknya 185 orang, termasuk sedikitnya 19 anak-anak, tewas dalam protes nasional di seluruh Iran. Jumlah pembunuhan tertinggi terjadi di provinsi Sistan dan Baluchistan dengan setengah dari jumlah yang tercatat," kata Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Norwegia, Sabtu (8/10/2022).
Pihak berwenang telah menggambarkan protes sebagai plot oleh musuh Iran, termasuk Amerika Serikat. Mereka menuduh pembangkang bersenjata antara lain melakukan kekerasan yang dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 20 anggota pasukan keamanan.
Video yang dibagikan di media sosial menunjukkan protes di puluhan kota di Iran pada Minggu pagi dengan ratusan siswi sekolah menengah dan mahasiswa berpartisipasi meskipun menggunakan gas air mata, klub, dan dalam banyak kasus peluru tajam oleh pasukan keamanan, kata kelompok hak asasi.
Pihak berwenang Iran telah membantah bahwa peluru tajam telah digunakan. [**]