Metroterkini.com - Kelompok oposisi pemerintah Turki menyalahkan Presiden Recep Tayyip Erdogan atas penurunan nilai mata uang lira yang anjlok hingga 15 persen terhadap dolar Amerika Serikat.
Politikus oposisi di parlemen Turki menganggap inflasi ini menggiring Turki menghadapi "malapetaka" paling gelap dalam sejarah.
"Belum ada bencana seperti ini dalam sejarah Republik Turki," kata pemimpin oposisi dari Partai Rakyat Republik, Kemal Kilicdaroglu pada Selasa (23/11).
Kilicdaroglu menyalahkan Erdogan, yang telah memimpin Turki sejak 2003, sebagai penyebab nilai lira yang terus terperosok.
"Pada titik ini, Anda (Erdogan) adalah masalah keamanan nasional mendasar bagi Republik Turki," katanya seperti dikutip Reuters.
Mantan perdana menteri Turki, Ahmet Davutoglu, eks sekutu Erdogan, menganggap kebijakan ekonomi sang presiden merupakan bentuk "pengkhianatan dan bukan soal ketidaktahuan."
Sejauh ini,Erdogan telah memangkas suku bunga bank sentral yang ia yakini dapat menggenjot ekspor, investasi, dan lapangan pekerjaan. Di sisi lain, sebagian ekonom menilai penurunan suku bunga adalah kebijakan yang 'sembrono'. Warga Turki mengatakan bahwa penurunan Lira telah menjungkirbalikkan anggaran rumah tangga dan rencana pada masa depan.
Kilicdaroglu, Davutoglu dan beberapa pemimpin oposisi lainnya telah mengumumkan pertemuan darurat guna membahas masalah inflasi lira yang terbesar kedua selama sejarah.
Per Selasa (23/11), nilai tukar lira terhadap dolar AS terus merosot hingga 15 persen.
Inflasi menyebabkan sejumlah harga barang dan komoditas mulai naik, membuat warga Turki mempertimbangkan kembali pengeluaran bulanan hingga rencana liburan.
Sejumlah pedagang di sebuah mal di pusat Ibu Kota Ankara mengatakan terus memantau pergerakan nilai lira. Saat ini, nilai lira terhadap dolar AS melemah menjadi 13,45. Setahun lalu, 1 dolar AS masih sama dengan 8 lira.
"Saya jadi tidak dapat bekerja tanpa mengikuti pergerakan dolar. Saya rasa tidak ada satu hari pun saya tidak memperhatikan anggaran saya, dan perhitungannya berubah 100 kali lipat saat saya mendapatkan gaji bulan depan. Tidak ada yang tersisa, termasuk kertas toilet, yang saya beli tanpa berpikir dengan hati-hati," ucap seorang pekerja biro iklan di Ankara, Selin.
Netizen Turki turut mengutarakan keluh kesah mereka terhadap inflasi yang terus memburuk di media sosial.
Topik "kami sedang tenggelam" hingga "pemerintah mundur" menjadi trending di Twitter Turki.
Di tenggara kota Diyarbakir, seorang pemilik toko membakar uang palsu di jalan sebagai simbol protes.
"Kami tidak bisa tidur, kami tidak tahu tentang masa depan kami," ucapnya.
Beberapa orang yang berbicara kepada Reuters mengatakan bahwa begitu mereka menerima gaji, mereka langsung menukarnya dengan mata uang asing.
"Saya telah meminta uang muka gaji bulanan saya hanya untuk mengubahnya menjadi dolar sehingga saya dapat mempertahankan nilai dalam penghasilan saya," kata Emirhan Metin yang berprofesi sebagai pengacara di Istanbul.
"Hampir tidak mungkin untuk fokus atau membicarakan hal lain pada saat ini," paparnya menambahkan.
Haluk, editor film lepas berusia 36 tahun, mengatakan dia sering dibayar dengan jeda enam hingga delapan bulan.
"Jadi kontrak yang saya tandatangani bulan lalu bernilai 20% lebih sedikit hari ini. Siapa yang tahu berapa nilainya ketika saya dibayar enam bulan ke depan?" papar Haluk.
Doruk Akpek, CEO sebuah startup di Turki, mengatakan dia mencoba menyimpan tabungannya dalam dolar dan mata uang kripto, tetapi menambahkan situasinya kini lebih sulit bagi mereka yang hanya memiliki lira.
"Ada juga ketidakbahagiaan psikologis, Anda melihat negara runtuh di depan mata Anda. Itu berdampak pada moral dan motivasi orang," kata Akpek. [**]